Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Gangguan psikotik Lir-Skizofrenia akut

Go down

Gangguan psikotik Lir-Skizofrenia akut Empty Gangguan psikotik Lir-Skizofrenia akut

Post by Reza Rahmadinata Mon Dec 07, 2015 11:19 pm

BAB I
LAPORAN KASUS


I. IDENTITAS PASIEN
Nama            : Tn. MJ
Usia              : 19 Tahun
Jenis kelamin  : Laki-laki
Anak ke        : 1 dari 2 bersaudara
Agama          : Islam
Pendidikan     : SMK
Suku            : Minang
Status          : Belum menikah
Pekerjaan      : Swasta
Alamat          : Jl.xxxxxxxxxxxxx
Tanggal Pemeriksaan: 14/09/2015 pukul 01.10 WIB

II. Riwayat Psikiatri
A. Keluhan Utama :
Diantar ke RSJKO karena mengamuk dirumah dan ingin memukul orang lain. waktu ????

B. Riwayat Gangguan Sekarang :
AUTOANAMNESIS
Pasien seorang laki-laki berusia 19 tahun anak pertama dari dua bersaudara datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Soeprapto karena Menggamuk dirumah dan mengancam mau memukul orang lain ± 1 jam SMRS. Pasien marah dan mau memukul orang lain karena pasien merasa orang lain itu banyak salah dan berdosa dan perlu dihakimi, hal itu terutama berlaku kepada ayah dan ibunya karena menurutnya mereka berdua sangat berdosa dan banyak salah, menurutnya dosa kedua orang tuanya tersebut telah melarang dirinya untuk pergi keluar rumah karena menurutnya dirinya adalah Nabi Musa dan merupakan seseorang yang diutus dunia untuk menjadi seorang khalifah dan merupakan seorang pemimpin dunia yang harus sangat dihormati oleh orang lain, walaupun orang tuanya sendiri juga harus sangat menghormatinya. Karena larangan kedua orang tuanya tersebut dia sangat marah dan mau menghukumny dengan cara memukulnya. Selain itu tindakannya tersebut berdasarkan perintah yang didapatnya, ia merasa mendapat wahyu dan bisikan untuk segera mengadili kedua orang tuanya tersebut. Menurutnya bisikan-bisikan yang ia dengar adalah berasal dari malaikat dengan suara laki-laki yang terus membisik-bisikan perintah ke telingganya.
Pasien juga merasak memiliki kekuatan yang sangat dahsyat sehingga dapat menghncurkan seluruh benda yang ada disekitarnya. Pasien merasa dapat menghancurkan tembok yang tebal dan meruntuhkan bangunan apa saja yang ada disekitarnya. Pasien merasa dirinya dapat terbang dan melayang-layang di udara dengan kekuatanya. Pasien juga mengatakan melihat pasukannya yang berupa pocong, kuntilanak, genderwo selalu ada disekitarnya untuk membantunya menyerang orang-orang yang mau melawannya. Pasien merasa kekuatanya sudah didapatkan sejak lama dan orang lain tidak perlu tau bagaimana ia mendapatkan kekuatannya, dan menurutnya orang lain cukup mengikutinya saja.
HETEROANAMNESIS
Didapatkan dari ibu dan ayah tiri pasien yang bekerja sebagai pedagang, keduanya tinggal serumah dengan pasien dan sangat dekat dengan pasien. Ibu pasien mengatakan pasien diantar kerumah sakit karena tiba-tiba prilakunya berubah, karena menurut ibunya pasien itu dikenal anak yang pendiam berubah menjadi agresif dan berbuat gaduh dan mengancam tetangga disekitar rumahnya. Menurut ibu pasien  awalnya 2 hari SMRS pasien baru pulang dari Jakarta dimana sebelumnya pasien adalah perantau di Jakarta bekerja sebagai karyawan warung sate padang sejak ± 1 bulan yang lalu. Pasien tiba-tiba pulang dari Jakarta tanpa memberikan kabar ke keluarga sebelumnya.  Saat itu pasien sampai kerumah saat menjelang maghrib, orang tua pasien terkejut karena tiba-tiba pasien suudah sampai pulang kerumah. Saat pasien datang keluarga pasien sedang ada tamu, pasien yang baru pulang tiba-tiba duduk dan mengikut ngobrol dengan tamu tersebut namun saat ngobrol pasien tidak bertegur sapa dengan orang tua pasien dan langsung duduk ngikut ngobrol saja, pasien menunjukan perubahan prilaku dimana dia berusahan menunjukan dirinya adalah orang yang hebat dan berilmu tinggi.
Kemudian saat memasuki waktu maghrib pasien diajak shalat berjamaah dengan ayah tiri pasien, pasien kemudian ikut shalat berjamaah dengan keluarganya, saat shalat pasien menunjukan prilaku yang aneh dimana saat ayah tiri pasien menjadi imam dn membacakan ayat-ayat dalam shalat, pasien yang saat itu menjadi makmum tidak mau kalah membacakan ayat-ayat pendek lebih keras daripada imam. Saat itu keluarga mulai merasa ada yang aneh dengan sikap pasien setelah kejadiaan itu orang tua pasien menyuruh pasien beristirahat dan pasien tidur sampai besok paginya, besok paginya pasien diajak ayah tirinya jalan-jalan dengannya menemaninya ke Bank dan membayar pajak, pasien saat itu ikut dengan ayahnya. Saat diperjalanan pasien mulai menunjukan sikap yang aneh lagi, saat naik motor dengan ayahnya pasien tiba-tiba meminta ayahnya berhenti sebentar dan ia mengatakan kepada ayah tirinya untuk membawa motor itu ngebut-ngebut seperti pembalap karena menurut ayahnya, saat itu pasien kesal ayahnya tidak mau memotong mobil didepannya dan pasien meremehkan ayahnya dan mengatakan kalau diri pasien yang membawa motor pasti hebat dan lebih hebat dari pembalap. Saat sudah pulang kerumah pasien tiba-tiba pergi keluar dari rumah dan pergi kerumah tetengganya yang merupakan seorang guru silat, pasien tiba-tiba menantang tengganya tersebut untuk berkelahi dan bertanding silat. Tetangga pasien tersebut binggung mengapa pasien baru pulang dari Jakarta dan dikenal pendiam tiba-tiba menantangnya berkelahi, akhirnya tetangganya tersebut mengatar pasien pulang kerumahnya.
Saat maghrib pasien diajak shalat berjamaah lagi oleh keluarga namun pada hari kedua ini pasien tidak mau berjamaah  dan memilih shalat sendiri karena pasien merasa ilmunya lebih tinggi dari ayahnya dan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang khalifah yang bertugas memimpin dunia, keluarganya tersebut terkejut mendengarkan pernyataan yang diucapkan oleh pasien dan keluarga pasien saat itu benar-benar sudah merasakan ada yang aneh dengan sikap pasien, akhirnya orang tua pasien mulai menasehati pasien jangan berkata yang aneh-aneh dan bersikap yang aneh-aneh namun pasien masih saja menunjukan sikap yang seperti itu, saat itu pasien sibuk mengoceh sendiri dan membaca ayat-ayat al Quran terus menerus dan di kamar mandi sambil kencing pun pasien masih terus mengucapkannya.
Saat itu orang tua pasien benar-benar marah dan menasehati pasien jangan berbuat seperti itu, akhirnya pasien keluar dari rumah. Ketika pergi dari rumah ternyata pasien keliling-keliling kerumah tetangga disekitar rumahnya dan  pasien memaksa meminta rokok dan uang  kepada tetangga-tetangganya tersebut, pasien meminta uang dua ratus juta kepada setiap tetangga yang didatanginya dan mengatakan bahwa dirinya ingin membeli motor balap dan mobil Fajero Sport.  Saat itu pasien mengancam menghabisi tetangganya tersebut jika tidak memberikan dia uang ataupun rokok. Akhirnya tetangga-tengganya tersebut ramai berkumpul dan menangkap pasien dan diantarkan kerumahnya. Saat diantar kerumah pasien marah sekali dengan tetangga-tetangganya tersebut dan mengatakan bahwa mereka semua tidak akan mampu mengalahkanya karena menurut pasien dirinya adalah seorang pemimpin yang kuat yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, dan saat itu pasien ingin membuktikanya dengan memberhentikan mobil yang sedang berjalan. Pasien akhirnya ditangkap warga dan mencegah tidak melakukan hal tersebut dan dibawah kedalam rumah, saat didalam rumah pasien membuat kegaduhan dan menendang semua yang ada didalam rumah. Akhirnya pasien diikat tanganya dan dibawah kerumah sakit jiwa. Ibunya juga sempat menelpon bos pasien yang ada di Jakarta menurut bosnya pasien tersebut perubahan sikap pasien sudah mulai terjadi kurang lebih 4 hari dan perubahan sikapnya tersebut terjadi tiba-tiba dan akhirnya bosnya meminta pasien pulang saja ke Bengkulu.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah ada gangguan psikiatri sebelumnya, pasien belum pernah berobat ke rumah sakit jiwa maupun ke psikiater.

2. Riwayat Gangguan Medik
- Pasien tidak ada riwayat gangguan medis, dan pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif/Alkohol
- Pasien seorang pengkonsumsi alkohol dan dimulai sejak kelas 2 SMA.
- Pasien seorang perokok aktif dengan biasa merokok 1 bungkus sehari.
- Pasien menyangkal penggunaan obat-obatan tertentu.




D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat pranatal
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal ditolong bidan dirumah. Selama kehamilan dan kelahiran tidak ada masalah, ibu pasien rutin mengontrol kehamilannnya.
b. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Pasien minum ASI sejak 0 bulan sampai usia 1 tahun, setelahnya tidak minum ASI ataupun susu formula. Saat bayi hingga balita pasien diasuh oleh ibu pasien.
c. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini normal dan sama seperti anak-anak lainnya. Pasien menempuh pendidikan SD, dan selama sekolah pasien mengaku mampu belajar dengan baik dan selalu naik kelas. Pasien merupakan anak yang pendiam, tidak banyak berbicara, jarang bermain keluar rumah, sehingga tidak memilik banyak teman, namun pada usia ini pasien hidup dikeluarga yang kurang harmonis ayah kandung pasien sering bertengkar dengan ibu pasien dan ayahnya pernah mencoba bunuh diri dengan minum baygon sehingga pasien sempat tertekan dengan keadaan tersebut.
d. Riwayat masa remaja
Pasien melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP dan SMK selama masa ini ia tidak ada masalah, pasien selalu naik kelas dan mampu menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Pada masa ini pasien merupakan anak pendiam dengan tidak terlalu banyak teman, pada SMP ibu dan ayah pasien bercerai pasien sangat tertekan dengan keadaan tersebut.
e. Riwayat dewasa muda
Setelah tamat dari SMK, pasien bekerja sebagai karyawan sate padang untuk mendapatkan uang untuk pekerjaan ini pasien baru bekerja selama satu bulan. Pasien pernah bekerja sebagai karyawan toko di Mega Mall. Pasien juga mengaku kadang ikut membantu orangtuanya membersihkan rumahnya. Pasien mulai bergaul dan mulai memiliki beberapa teman, namun pasien tetap menjadi orang yang pendiam dan lebih suka menyendiri dalam melakukan kegiatan apapun.
f. Riwayat pendidikan
Pasien hanya  menyelesaikan pendidikan SD, SMP, SMK dan tidak melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya.
g. Riwayat pekerjaan
Pasien  merupakan seorang karyawan rumah makan sate padang di Jakarta dan baru mulai bekerja selama satu bulan.
h. Riwayat pernikahan
Pasien belum pernah menikah dan belum ingin menikah.
i. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam dan mengaku beribadahrajin, pasien rutin melaksanakan sholat.
j. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengaku belum pernah pacaran dan tidak memiliki teman wanita yang dekat dengan dia.
k. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat dalam masalah hukum.
l. Aktivitas sosial
Pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tetangga. Pasien jarang keluar rumah, pasien jarang mengobrol dan bercengkrama dengan tetangga. Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, tidak banyak ulah, baik dan gemar membantu tetangga serta sanak saudara.

E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien memiliki 1 adik laki-laki. Ayah kandung dan ibu pasien bercerai saat pasien masih SMP, selain itu pasien sudah tinggal pada keluarga yang kurang harmonis sejak masa SD karena ibu dan ayahnya sering bertengkar. Sekarang ibu pasien sudah menikah lagi dengan Ayah tirinya ± 2 tahun yang lalu. Ayah tirinya sangat dengan pasien dan tidak pernah memiliki konflik dengan pasien, bahkan sering menjadi teman curhat pasien.



Genogram





Keterangan :

 Pasien

 Laki- laki

 Perempuan

F. Situasi Kehidupan Sekarang
Selama 1 bulan terakhir pasien sudah tidak tinggal serumah dengan orangtuanya. Pasien bekerja di Jakarta sebagai karyawan warung makan sate padang. Pasien mengaku alasan pasien keluar rumah karena pasien ingin belajar hidup mandiri. Sebelumnya pasien tinggal berempat dengan ayah tiri, ibu,dan adiknya di sebuah rumah yang terletak daerah jenggalu dengan ukuran rumah ± 7 X 6 m2 memiliki satu kamar tidur satu ruang tamu, satu kamar mandi dan satu warung lingkungan disekitar bersih dan daerah tidak terlalu ramai dengan pemukiman. Di jakarta pasien tinggal dengan bosnya, pasien tidak memiliki hubungan keluarga dengan bosnya. Selama bekerja aktivitas pasien dimulai dari pukul 5 subuh dimulai shalat subuh, mandi kemudian mempersiapkan bahan-bahan membuat sate, dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang kegiatan pasien menusuk sate, menyiapkan bumbu sate dan mengasap daging sate. Saat jam 4 biasanya pasien berkeliling jualan sate di komplek perumahan biasanya dilakukan ± 3 jam sehari. Setelah pulang berkeliling pasien membantu berjualan diwarung sate biasanya sampai jam 10 malam.
Saat ini pasien dirawat di ruang  Murai A RSKJ Provinsi Bengkulu sejak  Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien sesekali datang untuk melihat pasien dan membawakan makanan dan pakaian bersih untuk pasien. Pasien merasa tidak tahan di rawat karena merasa kesepian dan tidak nyaman seperti dirumahnya. Pasien ingin segera pulang agar bisa kembali berkumpul dengan keluarga seperti sebelumnya.

G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya
Pasien tidak mengakui bahwa dirinya saat ini sedang mengalami masalah berat dan berbagai tekanan dari luar yang berdampak terhadap kondisi perasaan atau emosi yang labil serta tidak dapat dikontrol.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan di ruang visum ruang IGD pada tanggal 14 september 2015, hasil pemeriksaan ini menggambarkan situasi keadaan pasien saat IGD.

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Laki-laki berusia 19 tahun, paras wajah sesuai dengan umur dengan postur tubuh yangatletikus, kesan gizi pasien baik. Pasien menggunakan baju kaos berwarna merah dan celana jeans pendek berwarna biru. Kebersihan dan kerapian cukup baik.
2. Kesadaran
Compos mentis, secara kualitas berubah.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien labil, aktivitas psikomotor pasien meningkat. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
• Kuantitas: pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan cukup jelas.
• Kualitas: pasien dapat menjawab pertanyaan jika ditanya dan menjawab pertanyaan dengan spontan Pasien sering bercerita dengan spontan mengenai keadaan dirinya saat ini. Intonasi berbicara pasien cukup jelas dengan nada suara yang tinggi. Pembicaraan dapat dimengerti.
• Tidak ada hendaya berbahasa.

5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata adekuat. Pasien selalu menjawab pertanyaan dengan melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Disforik
2. Afek : Amarah

C. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik adapasien mendapat wahyu dan bisikan untuk segera mengadili kedua orang tuanya yang menurutnya bersalah. Menurutnya bisikan-bisikan yang ia dengar adalah berasal dari malaikat berupa suara laki-laki dewasa yang terus membisik-bisikan perintah ke telingganya untuk menghukum orang lain.
Halusinasi Visual ada  Pasien juga mengatakan melihat pasukannya yang berupa pocong, kuntilanak, genderwo yang selalu ada disekitarnya untuk menolongya.

D. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : Non realistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan.
b. Kontinuitas : koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan.
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran : delusional perception, waham kebesaran (+): Pasien merasa seseorang Nabi musa dan pasien merasa memiliki kekuatan yang besar.

E. Fungsi Intelektual / Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
• Taraf pendidikan
Pasien lulusan SMK
• Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat Gubernur bengkulu dan Presiden Indonesia.

2. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien baik, pasien dapat menghitung dengan benar angka-angka yang diberikan pemeriksa seperti 10 x 2 dan 6 x 6.
3. Orientasi
• Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu wawancara dilakukan yaitu malam hari.
• Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di RSKJ Bengkulu
• Orang : Baik, pasien mengetahui nama ibu dan adiknya . Selain itu pasien juga mengetahui dirinya diwawancarai oleh siapa.
• Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang diwawancara.
4. Daya Ingat
• Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien dulu menempuh pendidikan sekolah dasar.
• Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat dia menempuh sekolah SMA di mana.
• Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien tidak dapat mengingat secara cepat dan tepat apa aktivitas yang dilakukannya kemarin malam, pasien membutuhkan waktu beberapa menit hingga dapat menjawab pertanyaan pemeriksa.
• Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa dengan baik.
6. Kemampuan baca tulis: baik
7. Kemampuan visuospasial: baik
8. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan perbedaan semangka dan apel.
9. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat melakukan perawatan diri sehari - hari secara mandiri seperti mandi, makan dan minum.

F. Daya Nilai
Daya nilai sosial tidak baik. Uji daya nilai realitas pasien terganggu.







G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien kurang baik, selama wawancara pasien kurang dapat mengontrol emosinya dengan baik dan tampak selama pemeriksaan dilakukan pasien menceritakan kondisinya dengan emosi yang berlebihan dan lebih meremehkan pemeriksaa.

H. Tilikan
Tilikan derajat 1, karena pasien menyangkal bahwa dirinya sedang mengalami mengalami masalah kejiwaan.

I. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya kurang akurat, pasien berkata persepsi pribadinya mengenai peristiwa yang terjadi , dan di cross check juga dengan keterangan dari pasien yang menceritakan kejadian yang kurang serupa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
• KU : Secara fisik tampak sehat, tidak tampak adanya gangguan fisik
• Sensorium : Compos mentis
Vital Sign
• TD : 110/80 mmHg
• Nadi : 72 x/menit
• RR : 20 x/menit
• Suhu : 36,6oC
b. Status Internus
Kepala Normosefali, deformitas tidak ada.
Mata Edema palpebra tidak ada, sklera ikterik -/-, konjungtiva palpebra anemis -/-
Hidung Simetris, deformitas (-), deviasi (-), tidak ada sekret.
Telinga Simetris, bentuk dalam batas normal, menggantung, deformitas
(-), sekret (-), nyeri tekan tragus  mastoid tidak ada
Mulut Bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa lidah merah
Leher Dalam batas normal, tiroid tidak membesar
Thorax Tidak terdapat skar, spider naevi (-), simetris kiri dan kanan
Paru I: Pernapasan statis-dinamis kiri = kanan.
P: Stemfremitus simetris kiri dan kanan
P: Sonor disemua lapang paru
A: Suara nafas vesikuler normal (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung I: Iktus kordis tidak  terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Tidak dilakukan
A: Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen I: Datar, tampak benjolan (-)
A: Bising usus (+)
P: Timpani (+) di seluruh regio abdomen
P: Nyeri tekan (-)
Ektremitas Superior, inferior, dekstra, sinistra dalam batas normal

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
    Pada pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang, sehingga disarankan untuk
    melakukan pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS
1. Laki-laki berusia 19 tahun, belum menikah.
2. Penampilan bersih dan rapi, perawatan diri baik
3. Pasien kooperatif, kontak mata adekuat, pembicaraan pasien koheren. Mood pasien disforik, afek pasien tampak afek amarah.
4. Terdapat halusinasi auditorik dan visual, waham kebesaran.
5. Keluhan pertama kali muncul sekitar 4 hari yang lalu terjadi secara tiba-tiba.


VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• Aksis I
F.23.2 Gangguan psikotik Lir-Skizofrenia akut
• Aksis II
Tidak ada diagnosis axis II
• Aksis III
Tidak ada diagnosis axis III
• Aksis IV
- Beban kerja yang teralu tinggi.
- Orang tua yang bercerai
• Aksis V
GAF scale 60-51

VII. PROGNOSIS
1. Faktor yang memberikan pengaruh baik:
• Indikator psikososial: mempunyai keluarga yang perduli dengan kondisi pasien saat ini.
• Tidak ada komorbiditas dengan gangguan psikiatri lainnya.
2. Faktor yang memberikan pengaruh buruk:
• Pasien tidak menyadari dirnya memiliki gangguan jiwa
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam. Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
• Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
• Quo Ad Functionam : dubia ad malam
• Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam

VIII. Terapi
• Psikofarmaka
- Injeksi govotil 5 mg i.m
- Injeksi Stesolid 10 mg i.m
- Risperidon 2 x 2 mg.
- Alprazolam 2 x 0,5 mg
• Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif, dan terapi kognitif-perilaku.
- Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan), mendukung fungsi-fungsi ego, memperluas mekanisme pengendalian, perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan.
- Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan insight (pengetahuan pasien) terhadap penyakitnya serta mengembangkan kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu juga meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
- Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik nirsadar dengan usaha untuk mecapai perubahan struktur luas kepribadian. Membangun kembali kepercayaan diri pasien, menjelaskan kepada pasien bahwa pasien memiliki untuk mencari pekerjaan lain yang diminati oleh pasien. Menolak semua pikiran negatif mengenai dirinya, dan menyarankan untuk tidak menghiraukan suara halusinasi yang mengganggu tersebut. Menyarankan pasien untuk ikut kegiatan social atau berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah.
Edukasi
o Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang dapat memperburuk keadaan pasien.
o Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain itu kembali menyibukan diri seperti aktivitas dulu, kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan, jangan menyimpan emosi, bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi
      Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.1
    Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.2

B. Epidemiologi
       Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan  kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar ( misalnya imigran ).2

C. Etiologi
       Didalam DSM III  faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.2
       Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.2

D. Patofisiologi
Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa (suatu precursor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik yangdapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien; (3) densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan serebrospinal, plasma, dan urine. Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.3

E. Manifestasi klinis
Gambaran utama perilaku:
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.2
      Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya  dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negative.1
      Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.4
      Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.
     Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin.4

F. Diagnosis
      Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya).
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel).1

      Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform ( jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).2
1. Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat.
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima secara kultural.
2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid.
3. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.
Sebutkan jika:
1. Dengan stresor  nyata ( psikosis singkat reaktif ); jika gejala terjadi segera setelah dan tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian atau bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.
2. Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau terlihat bukan sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian atau bersama sama akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan  yang sama dalam kultur orang tersebut.
3. Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu setelah persalinan.
4. Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III
F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut dimana jelas terdapat halusinasi, waham, dan gangguan persepsi, tetapi bersifat sangat variasi dan berubah – ubah dari hari ke hari atau bahkan dari jam ke jam. Emosional dengan berbagai perasaan senang dan ekstasi atau ansietas serta iritabilitas juga sering ada. Gambaran klinis yang polimorfik dan tidak stabil serta yang selalu berubah itu merupakan hal yang bersifat khas walaupun kadang gejala afektif atau psikotik juga terdapat, kriteria untuk episode manik (F30.-), episode depresif (F32.-) atau skizofrenia (F20,-) tidak terpenuhi. Penyakit ini cenderung mempunyai onset yang mendadak (dalam 48 jam) dan gejala – gejalanya cepat mereda, pada sebagian besar kasus tidak terdapat stres pencetus yang jelas. Apabila menetap sampai 3 bulan maka diagnosis harus berubah. Gangguan waham menetap (F22,-) atau gangguan psikotik non organic lainnya (F28.-) mungkin merupakan diagnosis yang paling cocok.1
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam waktu 2 minggu atau kurang)
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya
d. Walaupun gejala beraneka ragam, tidak satu pun dari gejala itu ada secara cukup konsisten, sehingga dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atau episode manik (F30.-).1







F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut yang memenuhi kriteria deskriptif untuk gangguan psikotik polimorfik akut (F23.0) tetapi yang selalu disertai gejala skizofrenia yang khas.
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kriteria a, b, dan c, yang khas di atas untuk gangguan psikotik polimorfik akut harus dipenuhi, sebagai tambahan, gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak muncul gambaran klinis psikotik itu secara jelas.
Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap lebih dari sebulan maka diagnostic berubah menjadi skizofrenia (F20.-).1

F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala – gejala psikotik yang secara komparatif bersifat cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) tetapi hanya berlangsung kurang dari 1 bulan lamanya. Suatu derajat variasi dan instabilitas emosional mungkin ada, tetapi tidak separah seperti yang diuraikan dalam psikosis polimorfik akut (F23.0)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset gejala psikosis harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu keadaan non psikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik)
b. Gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik.
c. Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi
Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap untuk waktu yang lebih dari satu bulan lamanya, maka diagnosis harus di ubah menjadi skizofrenia (F20.-)
Termasuk :
• Skizofrenia akut (tak terinci)
• Gangguan skizofreniform singkat
• Psikosis skizofreniform singkat
• Oneirofrenia
• Reaksi skizofrenia
Tak termasuk:
• Gangguan waham organic (lir-skizofrenia) (F06.2)
• Gangguan skizofreniform YTT (F20.8 ).1

F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham
Gangguan psikotik akut dengan waham dan halusinasi yang secara komparatif stabil merupakan gambaran klinis utama, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-). Waham kejaran atau waham rujukan biasa terjadi dan halusinasi biasanya auditorik (suara yang berbicara langsung pada pasien)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset dari gejala psikotik harus akut (dua minggu atau kurang dari keadaan non psikotik sampai jelas psikotik)
b. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
c. Baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk ganguan psikotik polimorfik akut (F23.0) tidak terpenuhi.
Kalau waham menetap selama lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi gangguan waham menetap (F22.-) Apabila hanya halusinasi yang menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi psikosis nonorganik lainnya (F28)
Termasuk:
a. Reaksi paranoid
b. Psikosis paranoid psikogenik.1

F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya
Gangguan psikotik akut lain yang tak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun dalam F23 (seperti keadaan psikotik akut dengan waham dan halusinasi jelas ada, tetapi menetap hanya untuk sebagian kecil waktu) harus dimasukan dalam kode ini. Keadaan gaduh gelisah tak khas harus juga dimasukan dalam kode ini kalau informasi yang lebih rinci tentang keadaan mental pasien tidak dapat diperoleh, dengan syarat bahwa tidak terdapat tanda – tanda suatu penyebab organic.1





F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara YTT
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat dilakukan yaitu:
a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan)
c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
Konseling pasien dan keluarga.
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik
2. Penatalaksanaan Medis
a. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonin-dopamin.
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Antagonis reseptor dopamin, terutama terhadap gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama. Pertama, hanya presentase kecil pasien  yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan fungsi mental normal secara bermakna. Kedua, antagonis reseptor dopamin dikaitkan dengan efek samping yang mengganggu dan serius. Efek yang paling sering mengganggu adalah akatisia adan gejala lir-parkinsonism berupa rigiditas dan tremor. Efek potensial serius mencakup diskinesia tarda dan sindrom neuroleptik maligna.
2. Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA)
SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada, berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamat. Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala negatif. Obat yang juga disebut sebagai obat antipsikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal. Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala positif, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit, bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan antagonis reseptor dopamin, sebagai obat lini pertama untuk antipsikosis.
Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen antipsikotik, pada subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood ditambah penggunaan antipsikotik.
Kategori obat: Antipsikotik – memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.
Nama Obat
Haloperidol (Haldol) dan Clorpromazin
Digunakan untuk manajemen psikosis, saraf motorik dan suara pada anak dan orang dewasa. Mekanisme tidak secara jelas ditentukan, tetapi merupakan competively blocking postsynaptic dopamine (D2) reseptor dalam sistem mesolimbik dopaminergik, dengan meningkatnya pergantian dopamin untuk efek penenang. Dengan terapi subkronik, depolarisasi dan D2 postsinaptik dapat memblokir aksi antipsikotik.
Risperidone (Risperdal) Monoaminergik selektif mengikat reseptor D2 dopamin selama 20 menit, afinitasnya lebih rendah dibandingkan reseptor 5-HT2. Juga mengikat reseptor alfa1-adrenergik dengan afinitas lebih rendah dari H1-histaminergik dan reseptor alpha2-adrenergik. Memperbaiki gejala negatif pada psikosis dan menurunkan kejadian pada efek ekstrpiramidal.
Olanzapine (Zyprexa) Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi sistem reseptor (seperti serotonin, dopamin, kolinergik, muskarinik, alpha adrenergik, histamin). Efek antipsikotik berupa perlawanan terhadap dopamin dan reseptor serotonin tipe-2. Diindikasikan untuk pengobatan psikosis dan gangguan bipolar.
Clozapine (Clozaril) Memblokir aktifitas reseptor D2 dan D1, tetapi memiliki efek dalam menghambat nonadrenolitik, antikolinergik, antihistamin secara signifikan, tepatnya antiserotonin. Resiko terbatasnya penggunaan agranulositosis pada pasien nonresponsif atau agen neuroleptik klasik tidak ditoleransi.
Quetiapine (Seroquel) Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang. Mampu melawan efek dopamine dan serotonin. Perbaikan lebih awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan kurangnya distonia, parkinsonism, dan tardif diskinesia.
Aripiprazole (Abilify) Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia. Mekanisme kerjanya belum diketahui, tetapi hipotesisnya berbeda dari antipsikotik lainnya. Aripiprazole menimbulkan  parsial dopamin (D2) dan serotonin (5HT1A) agonis, dan antagonis serotonin (5HT2A).


Nama Obat Sediaan Dosis Anjuran
Haloperidol (Haldol) Tab. 2 – 5 mg 5 – 15 mg/hari
Clorpromazin Tab 100 mg 100 – 1000 mg/hari
Risperidone (Risperdal) Tab. 1 – 2 – 3 mg 2 – 6 mg/hari
Olanzapine (Zyprexa) Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/hari
Clozapine (Clozaril) Tab. 25 – 100 mg 25 – 100 mg/hari
Quetiapine (Seroquel) Tab. 25 – 100 mg
200 mg 50 – 400 mg/hari
Aripiprazole (Abilify) Tab. 10 – 15 mg 10– 15 mg/hari



b. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
c. Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.
d. Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
• Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson.
• Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker.
• Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)6.

1. Prognosis
      Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.7
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood.6
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat
1. Penyesuaian premorbid yang baik
2. Sedikit trait schizoid pramorbid
3. Stressor pencetus yang berat
4. Onset gejala mendadak
5. Gejala afektif
6. Konfusi selama psikosis
7. Sedikit penumpulan afektif
8. Gejala singkat
9. Tidak ada saudara yang skizofrenik.2




























BAB III
PEMBAHASAN

Pada pasien tuan MJ didapatkan adanya gejala-gejala seperti halusinasi viual,halusianasi auditorik dan waham yang terjadi kurang dari satu minggu. Halusianasi visual yang di alami pasien adalah pasien melihat banyak sekali sosok bayangan disekitarna yang selalu mengikutinya seperti pocong, kuntilanak, genderwo yang selalu ada disekitarnya yang menurutnya adalah pasukannya yang bertugas melindunginya, halusinasi auditorik yang dialami pasien yaitu pasien mendapat wahyu dan bisikan untuk segera mengadili kedua orang tuanya yang menurutnya bersalah. Menurutnya bisikan-bisikan yang ia dengar adalah berasal dari malaikat berupa suara laki-laki dewasa yang terus membisik-bisikan perintah ke telingganya untuk menghukum orang tuanya dan orang lain.
Pada kasus ini pasien didapatkan delusional perception, terdapat waham kebesaran yaitu pasien merasa dirinya seseorang Nabi musa dan pasien merasa memiliki kekuatan yang besar, orang lain dipandang lemah olehnya. Pada pasien juga didapatkan afek yang amarah dan mood disforik.
Berdasarkan buku PPDGJ III keadaan pasien ini memenuhi kriteria diagnosis untuk diagnosis F 23.2 Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia Akut yaitu suatu gangguan psikotik akut dengan gejala – gejala psikotik yang secara komparatif bersifat cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) tetapi hanya berlangsung kurang dari 1 bulan lamanya. Suatu derajat variasi dan instabilitas emosional mungkin ada, tetapi tidak separah seperti yang diuraikan dalam psikosis polimorfik akut (F23.0). Pada pedoman diagnosisnya meliputi onset gejala psikosis harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu keadaan non psikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik). Gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik. Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi, pada  gangguan ini gambaran klinis yang polimorfik dan tidak stabil serta yang selalu berubah itu merupakan hal yang bersifat khas. Sementara emosional pasien tampak tidak berunah-ubah.
Pada pasien ini diberikan terapi antipsikosis yaitu risperidon merupakan obat antipsikosis atipikal yang efektif menurunkan gejala positif dan negatif merupakan monoaminergik selektif mengikat reseptor D2 dopamin selama 20 menit, afinitasnya lebih rendah dibandingkan reseptor 5-HT2 (serotonin). Juga mengikat reseptor alfa1-adrenergik dengan afinitas lebih rendah dari H1-histaminergik dan reseptor alpha2-adrenergik. dan menurunkan kejadian pada efek ekstrpiramidal. Efek samping ekstrapiramidal lebih rendah dibandingkan dengan Haloperidol. Obat ini berpotensi menyebabkan keadaan hipotensi, sehingga pada pasien dengan hipotensi tidak dapat diberikan obat ini. Dosis anjuran 2 – 6 mg/hari pada pasien diberikan 2 x 2mg dosis sudah tepat sebagai terapi untuk pasien.
Pada pasien juga diberikan Alprazolam karena pada pasien ini sulit untuk tidur dan gelisah. Merupakan obat yang termasuk dalam golongan benzodiazepin yang menghambat neurotransmiter Gama-amino butirat (GABA) yang memberikan efek sedasi. Obat ini memiliki waktu paruh yang pendek yaitu sekitar 12-15 jam, sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas. Obat ini dapat memiliki interaksi dengan rokok, meroko dapat menurunkan konsentrasi alpraolam sampai 50 %, oleh karena itu dalam penggunaan terapi obat ini pasien hendaknya tidak merokok agar memberikan efektifitas yang baik. Obat ini dapat menimbulkan ketergantungan sehingga dalam pemberian terapinya harus hati-hati dan diperhatikan. Dosis anjuran pemberian terapi 0,25-0,5mg 3x sehari pada pasien diberikan 2 x 0,5mg dosis ini sudah tepat untuk terapi pasien.
Pada pasien di injeksi govotil, obat ini merupakan haloperidol dalam bentuk injeksi hal ini diberikan karena kondisi pasien yang bersifat agresif dan mengancam orang lain sehingga perlu diberikan antipsikosis dengan efek terapi cepat sehingga diharapkan dapat mengurangi gejala pasien. Dosis inisial terapi adalah 2-10 mg I.M ataupun I.V pada pasien diberikan suntikan 1 ampul 5 mg secara intra muskular, dosis ini sudah tepat sebagai terapi pasien ini.
Pada pasien ini diberikan injeksi stesolid injeksi, obat ini merupakan diazepam injeksi yang diberikan untuk menangani gaduh gelisah yang dialami oleh pasien, dosis terapi untuk injeksi adalah 5-10 mg I.M ataupun I.V untuk pasien dewasa. Pada pasien ini diberikan injeksi stesolid sebanyak 10 mg secara intra muskular dosis ini sudah tepat pada terapi pasien ini.




Daftar Pustaka

1. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari  PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa. FKUI
2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William &Wilkins
3. Bora E., Yucel M., and Pantelis C. 2009. Cognitive functioning in schizophrenia, schizoaffective disorder and affective psychoses: meta-analytic study. British Journal of Psychiatry, 195:475-482
4. Trimble MR., George MS. 2010. Biological Psychiatry 3rd edition. Wiley-Blackwell.
5. Lee KY., et al. 2012. Acute psychosis related to use of trimethoprim/sulfamethoxazole in the treatment of HIV-infected patients with Pneumocystis jirovecii pneumonia: a multicentre, retrospective study. Journal of Antimicrobial Chemotherapy .
6. Kumar R., et al. 2011. Acute Psychosis as the Initial Presentation of MS: A Case Report. The International MS Journal.17.2: 54–57.




.

Reza Rahmadinata

Posts : 5
Reputation : 0
Join date : 18.09.15

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik