Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Gangguan Psikotik Akut non organik

Go down

Gangguan Psikotik Akut non organik Empty Gangguan Psikotik Akut non organik

Post by Meilisa Sri S Sat Feb 20, 2016 9:28 pm

BAB I
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sumatra
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Masuk Poli RSKJ : Selasa, 09 februari 2016 untuk pertama kalinya
Pemeriksaan : Rabu, 10 febuari 2016, pukul 21.30 WIB

LAPORAN  PSIKIATRIK

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama : Perilaku berubah seperti anak-anak dan sering bingung tanpa sebab sejak  4 hari yang lalu
B. Riwayat gangguan sekarang :
 Keluhan dan Gejala :
Sejak 4 hari yang lalu Perilaku berubah seperti anak-anak dan sering bingung tanpa sebab. Keluhan ini sudah terjadi untuk ketiga kalinya. Keluhan pertama terjadi pada awal november 2015, awalnya pasien terasa demam meriang, kemudian istirahat dan minum obat penurun panas, dirasa membaik, namun keesokan harinya perilaku pasien berubah menjadi lebih gelisah dan ingin selalu tidur ditemani ibunya. Keluhan ini sembuh sendiri tanpa pengobatan.  Keluhan kedua dialami pada bulan desember 2015, keluhan serupa dengan sebelumnya, namun keluhan ini muncul secara tiba.tiba tanpa sebab. Pada keluhan kedua ini, pasien diajak beobat kedukun, 2 hari kemudian pasien merasa sembuh.
Keluhan ketiga terjadi sekarang, menurut pasien dikarenakan dia rindu kepada rara (sepupu kandungnya) dan ingin bertemu rara. Sebelumnya pasien juga pernah suka dan ingin menjalin hubungan dengan Rere      (sepupunya), namun tidak diizinkan oleh ayahnya karena menurut ayahnya, rere tidak baik untuk anaknya. Selain itu pasien juga mengaku tidak ingin bersekolah di SMKN 2 ( STM ) karena ia merasa terlalu sulit pelajaranya dan merasa tidak nyaman disana. Menurut keluarga pasien, pasien tampak gelisah, perilaku sering berubah-ubah. Pasien jadi lebih sayang terhadap adeknya. Selama seharian dirumah pasien lebih sering tidur, dan ingin ada ibu atau keluarga terdekatnya tidur juga disampingnya. Nafsu makan menurun, dan sulit berkonsentrasi. Pasien jadi tampak pemalas dan tidak mau beraktivitas. Pasien tampak lelah dan lemas. Menurut keluarga pasien, tidak ada ide bunuh diri pada pasien, atau pun membahayakan orang disekitarnya. Perilaku mencuri barang-barang atau mengambil uang tanpa izin orang tua disangkal.
Keluhan mendengar suara-suara atau melihat bayangan non realita disangkal. Pasien merasa dikejar rasa takut tanpa sebab yang jelas.

C. Riwayat gangguan sebelumnya :
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Keadaan ini sudah dialami ketiga kali. Pertama kali bulan november 2015, kedua kalinya bulan desember 2015 yang lalu. Keluhan ketiga terjadi awal febuari 2016.
2. Riwayat Gangguan Medik
• Pasien tidak ada riwayat gangguan medis.
• Riwayat mengalami kejang demam (-),  kejang tanpa demam (-), penyakit malaria (-), thypoid (-), trauma kepala (-)

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Riwayat mengkonsumsi alcohol (-)  dan  rokok (+) bila pasien merasa sedih dan bila sedang berkumpul dengan temannya, pasien merokok paling banyak 1-2 batang per hari, hanya untuk menghilangkan kejenuhanya.

D. Riwayat kehidupan pribadi :
 Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir di Rumah Sakit Umum di daerah tempat tinggalnya, cukup bulan dan persalinan  ditolong oleh bidan . Selama masa kehamilan, Ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien bertumbuh dan berkembang dengan baik.
 Riwayat  masa kanak-kanak awal ( usia 1 – 3 tahun )
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak lainnya, pasien mendapatkan kebutuhan gizi yang optimal.
- Riwayat masa kanak-kanak pertengahan ( usia 4 – 11 tahun )
Pasien bersekolah  salah satu sekolah dasar di daerah tersebut. Semasa sekolah pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pasien memiliki keperibadian yang pendiam. Pasien suka bermain diluar rumah bersama teman sebayanya.
- Riwayat masa kanak-kanak akhir ( usia 12 – 16 tahun )
Pasien melanjutkan pendidikan hingga kejenjang STM, pasien merasa tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah tersebut dan ingin pindah saja ke SMA. Pasien merasa sangat sulit dalam berhitung dan tidak ingin lagi sekolah yang ada pelajaran berhitungnya.

E. Riwayat kehidupan keluarga :
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Hubungan dengan keluarga baik. Menurut keluarga pasien, pasien sering tidak betah dirumah dikarenakan pasien tidak mau bertemu dengan ayahnya. Menurut pasien ayahnya suka menyuruh dirinya mengerjakan pekerjaaan rumah (seperti membuat minuman untuk tamu ayahnya ) dan pasien merasa terganggu dengan perintah ayahnya tersebut.
Sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.

Genogram











Keterangan :
 Pasien                                              
 Laki- laki  
 Perempuan
 Menikah

 Tinggal dirumah


F. Situasi Sosial sekarang :
Pasien sekarang sedang bersekolah, menurut gurunya pasien sering melamun dan pendiam di kelas. Menurut teman sepermainannya pasien sering tidak nyambung diajak mengobrol.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :
Pasien tidak merasa dirinya sakit, namun terkadang pasien meminta penyakitnya diobati. Lingkungan disekitar pasien menyadari terjadi perubahan perilaku pada pasien, dan berusaha untuk mengobati keluhan pasien.   ( Tilikan derajat 2 ).

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan di rumah pasien pada tanggal 10 Februari 2016, hasil pemeriksaan ini menggambarkan situasi keadaan pasien saat home visit.
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Laki-laki berusia 16 tahun, paras sesuai umur dengan postur tubuh yang atletikus, kesan gizi pasien cukup. Pasien menggunakan baju kaos lengan pendek dan celana pendek. Penampilan rapi dan tubuh bersih terawat. Kuku pasien pendek, wajah sesuai umurnya. Pasien tampak lebih santai dan tenang saat didatangi Home visite.
b. Kesadaran
Kompos mentis, secara kualitas berubah
c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien tenang. Pasien memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan seperti menoleh kiri dan kanan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.
d. Pembicaraan
• Kuantitas: Pasien kurang bisa menjawab pertanyaan dan kurang dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
• Kualitas: pasien dapat menjawab pertanyaan jika ditanya dan menjawab pertanyaan dengan spontan, Intonasi berbicara pasien cukup jelas. Pembicaraan dapat dimengerti.
e. Tidak ada hendaya berbahasa
f. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak inadekuat. Pasien menjawab pertanyaan hanya sesekali melihat kearah pemeriksa.

2. Keadaan Afektif
a. Mood : Hipotimia
b. Afek : Menumpul
c. Keserasian : Tidak Serasi
3. Gangguan Persepsi
Halusinasi, ilusi, derealisasi dan personalisasi disangkal.

4. Proses Pikir
a. Bentuk pikir : Non-Realistik
b. Arus pikir
• Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan,
• Kontinuitas : Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan
• Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
c. Isi pikiran : kompulsif
d. Gangguan Berpikir : Waham Ketakutan

5. Fungsi Intelektual / Kognitif
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
• Taraf pendidikan
Pasien masih berstatus pelajar di SMK N 2 Kota Bengkulu, Jurusam Elektro.
• Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab siapa Presiden RI dan tentang pelajaran elektro.


b. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien kurang baik, pasien dapat mengurangkan angka 403 ditambah 213, dan salah dalam 20 dikali 2.
c. Orientasi
• Waktu : Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat
 malam hari
• Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada
Di rumahnya.
• Orang : Baik, pasien mengetahui nama ayah dan ibunya,
dan mengetahui sedang diwawancara oleh siapa.
d. Daya Ingat
• Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien mengingat cerita masa kecilnya dan menceritakannya kembali.
• Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat kapan terakhir kali ke luar kota untuk menghadiri acara kumpul keluarga. (5 hari yang lalu)
• Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat makan kemaren dengan lauk apa.
• Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
e. Kemampuan baca tulis: baik
f. Kemampuan visuospatial: baik
g. Berpikir abstrak: kurang baik, pasien sulit menjelaskan persamaan apel dan jeruk
h. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat melakukan perawatan diri sehari- hari secara mandiri seperti mandi, makan dan minum.



6. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara pasien dapat mengendalikan emosi dengan baik dan tampak selama pemeriksaan dilakukan pasien cukup tenang.

7. Tilikan
Tilikan derajat II, pasien menyadari bahwa dirinya sedang mengalami gangguan karena masalah yang dihadapinya dan sadar bahwa pasien membutuhkan pertolongan medis. Tetapi di masa depan pasien belum bisa belajar dari pengalamannya.

8. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata dengan jujur mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga dengan ibu kandungnya.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan Fisik:
o Status internus
Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit kuat angkat, frekuensi pernapasan  20 x/menit, suhu 36,7oC
Kepala Normocephali, rambut tidak mudah dicabut, pertumbuhan rambut merata, dan warna rambut hitam
Mata Sklera ikterik -/-, conjungtiva palpbera anemis -/-, edema palpebra -/-
Hidung deformitas (-), tidak ada sekret.
Telinga deformitas (-), liang lapang, pengeluaran sekret (-).
Mulut bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa lidah merah
Leher Dalam batas normal
Thorax Tidak terdapat scar, simetris kiri dan kanan
Paru I Pernapasan Statis-Dinamis kiri = kanan.
P Stem fremitus kiri sama dengan kanan
P Sonor di semua lapangan paru
A Vesikuler normal, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung I iktus kordis tidak  terlihat
P Iktus kordis teraba di linea midklavikula sinistra SIC V
P Batas jantung dalam batas normal
A Bunyi jantung normal
Abdomen I Datar, tampak benjolan (-)
A Bising usus (+)
P Timpani (+) di seluruh regio abdomen
P Nyeri tekan (-)
Ektremitas Pitting edema (-/-), akral teraba hangat.

o Status neurologis
GCS: E4M6V5, tanda rangsang meanings: kaku kuduk (-), kernig sign (-), pupil bulat isokor 2,5 mm/2,5 mm, RCL +/+, RCTL+/+, Sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal dan tidak ditemukan reflex patologis.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
Belum diperlukan pemeriksaan penunjang pada pasien saat ini.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pada pemeriksaan tampak seorang laki-laki usia 16 tahun, wajah sesuai usia, dengan penampilan rapi dan tidak bau, memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek. Perilaku dan aktivitas psikomotor  kurang, pasien lebih pendiam,tampak kurang bersemangat,  terdapat gerakan tidak bermakna ( menoleh kanan kiri ). Sesekali pasien tampak gelisah dan bosan, sesekali pasien mengajak ibunya untuk menemani tidur bersama dirinya. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan. Daya konsentrasi kurang baik, orientasi (waktu, tempat dan orang) cukup, daya ingat jangka panjang baik, jangka pendek cukup, sesaat baik, pikiran abstrak kurang baik, bakat kreatif memainkan alat musik orga tunggal, kemampuan menolong diri sendiri baik, halusinasi tidak ada, ilusi tidak ada, waham ketakutan. Pengendalian impuls cukup baik. Penilaian realitas: terganggu pasien merasa dikejar rasa takut  tanpa sebab. Taraf dapat dipercaya kurang dapat dipercaya. Dari hasil pemeriksaan fisik status internus didapakan normal.

VI. EVALUASI DIAGNOSIS MULTI AKSIAL
• Aksis I
Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa, didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna berupa perubahan pola tingkah laku yaitu gelisah, dikejar rasa takut, sering melamun. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan keluarganya serta menimbulkan hendaya social dan bersekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa waham ketakutan sehingga digolongkan ke dalam gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik, sehingga kemungkinan gangguan mental organic dapat disingkirkan dan pasien digolongkan ke dalam gangguan jiwa psikotik non organik.
Sehingga berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III) diagnosis pasien diarahkan pada Gangguan Psikotik Non Organik Ytt (F29).
• Aksis II
Kepribadian borderline
• Aksis III
Tidak ditemukan kelainan organobiologik
• Aksis IV
o Masalah Psikososial dan ligkungan lain.
• Aksis V
GAF Scale 60-51 (Gejala sedang/moderate, disabilitas sedang)

VII. DAFTAR PROBLEM
• Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna. Namun diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien memerlukan farmakoterapi.
• Psikologik : Ditemukan adanya gejala sedang serta hendaya sedang dalam fungsi psikis, sehingga diperlukan terapi psikoterapi.
• Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang sosial, pendidikan sehingga memerlukan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS
Faktor Pendukung :
 Stresor psikososial jelas walaupun belum diyakini bahwa merupakan factor pencetus dari kelainan yang terjadi.
 Pasien patuh minum obat
 Tidak ada kelainan organik
 Keluarga mendukung penuh kesembuhan pasien
Faktor penghambat :
 Umur pasien masih muda.
 Pasien masih berstatus pelajar disalah satu sekolah menengah kejuruan
 Faktor sosioekonomi pasien tidak terlalu sulit.

Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam. Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas, sebagai berikut :

 Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
 Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
 Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI
 Farmakoterapi : Risperidone tab 2 mg 2x 1/2tab  dan fluoxetine tab 10 mg 1x1tab
 Psiko  terapi suportif:
a. Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
b. Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang pe nyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur
 Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien tentang gangguan yang dialami pasien, sehingga tercipta dukungan social dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
      Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh (Maslim, 2001)..
         Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid (Kaplan dan Sadock, 2003).

2.2 Epidemiologi
       Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan  kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar ( misalnya imigran ).

2.3 Etiologi
       Didalam DSM III  faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen (Kaplan dan Sadock, 2003).
       Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat(Kaplan dan Sadock, 2003).

2.4 Patofisiologi
Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa (suatu precursor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik yangdapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien; (3) densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan serebrospinal, plasma, dan urine. Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral (Trimble, 2010).

2.5 Manifestasi klinis
Gambaran utama perilaku:
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alas an (Kaplan dan Sadock, 2003).
      Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya  dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat dari pada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negative (Maslim, 2001)..
      Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin (Bora, 2009).
      Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.
     Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin (Bora,2009).

2.6 Diagnosis
      Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya).
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel) (Maslim, 2001).

      Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform ( jika gejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan) (Kaplan dan Sadock, 2003).

1. Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat.
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima secara kultural.
2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid.
3. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.
Sebutkan jika:
1. Dengan stresor  nyata ( psikosis singkat reaktif ); jika gejala terjadi segera setelah dan tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian atau bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.
2. Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau terlihat bukan sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian atau bersama sama akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan  yang sama dalam kultur orang tersebut.
3. Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu setelah persalinan.
4. Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III(Kaplan dan Sadock, 2003)

F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut dimana jelas terdapat halusinasi, waham, dan gangguan persepsi, tetapi bersifat sangat variasi dan berubah – ubah dari hari ke hari atau bahkan dari jam ke jam. Emosional dengan berbagai perasaan senang dan ekstasi atau ansietas serta iritabilitas juga sering ada. Gambaran klinis yang polimorfik dan tidak stabil serta yang selalu berubah itu merupakan hal yang bersifat khas walaupun kadang gejala afektif atau psikotik juga terdapat, kriteria untuk episode manik (F30.-), episode depresif (F32.-) atau skizofrenia (F20,-) tidak terpenuhi. Penyakit ini cenderung mempunyai onset yang mendadak (dalam 48 jam) dan gejala – gejalanya cepat mereda, pada sebagian besar kasus tidak terdapat stres pencetus yang jelas. Apabila menetap sampai 3 bulan maka diagnosis harus berubah. Gangguan waham menetap (F22,-) atau gangguan psikotik non organic lainnya (F28.-) mungkin merupakan diagnosis yang paling cocok.
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam waktu 2 minggu atau kurang)
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya
d. Walaupun gejala beraneka ragam, tidak satu pun dari gejala itu ada secara cukup konsisten, sehingga dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atau episode manik (F30.-)(Maslim, 2001).

F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut yang memenuhi kriteria deskriptif untuk gangguan psikotik polimorfik akut (F23.0) tetapi yang selalu disertai gejala skizofrenia yang khas.
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kriteria a, b, dan c, yang khas di atas untuk gangguan psikotik polimorfik akut harus dipenuhi, sebagai tambahan, gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak muncul gambaran klinis psikotik itu secara jelas.
Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap lebih dari sebulan maka diagnostic berubah menjadi skizofrenia (F20.-)(Maslim, 2001).

F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala – gejala psikotik yang secara komparatif bersifat cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) tetapi hanya berlangsung kurang dari 1 bulan lamanya. Suatu derajat variasi dan instabilitas emosional mungkin ada, tetapi tidak separah seperti yang diuraikan dalam psikosis polimorfik akut (F23.0)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset gejala psikosis harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu keadaan non psikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik)
b. Gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik.
c. Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi
Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap untuk waktu yang lebih dari satu bulan lamanya, maka diagnosis harus di ubah menjadi skizofrenia (F20.-)
Termasuk :
• Skizofrenia akut (tak terinci)
• Gangguan skizofreniform singkat
• Psikosis skizofreniform singkat
• Oneirofrenia
• Reaksi skizofrenia
Tak termasuk:
• Gangguan waham organic (lir-skizofrenia) (F06.2)
• Gangguan skizofreniform YTT (F20.Cool (Maslim, 2001).

F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham
Gangguan psikotik akut dengan waham dan halusinasi yang secara komparatif stabil merupakan gambaran klinis utama, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-). Waham kejaran atau waham rujukan biasa terjadi dan halusinasi biasanya auditorik (suara yang berbicara langsung pada pasien)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset dari gejala psikotik harus akut (dua minggu atau kurang dari keadaan non psikotik sampai jelas psikotik)
b. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
c. Baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk ganguan psikotik polimorfik akut (F23.0) tidak terpenuhi.
Kalau waham menetap selama lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi gangguan waham menetap (F22.-) Apabila hanya halusinasi yang menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi psikosis nonorganik lainnya (F28)


Termasuk:
a. Reaksi paranoid
b. Psikosis paranoid psikogenik (Maslim, 2001).

F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya
Gangguan psikotik akut lain yang tak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun dalam F23 (seperti keadaan psikotik akut dengan waham dan halusinasi jelas ada, tetapi menetap hanya untuk sebagian kecil waktu) harus dimasukan dalam kode ini. Keadaan gaduh gelisah tak khas harus juga dimasukan dalam kode ini kalau informasi yang lebih rinci tentang keadaan mental pasien tidak dapat diperoleh, dengan syarat bahwa tidak terdapat tanda – tanda suatu penyebab organic (Maslim, 2001).

F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara YTT






































Bagan. Algoritma Diagnostik Psikosis (American Psychiatric Association)
2.7 Penatalaksanaan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat dilakukan yaitu:
a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan)
c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera

Konseling pasien dan keluarga.
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik
1. Penatalaksanaan Medis
a. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi (Levinson, 1999).
b. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
c. Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.
d. Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
• Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson.
• Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker.
• Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari) (Lee, 2012., Magina, 2012).

2.8 Prognosis
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood (Lee, 2012).
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat
1. Penyesuaian premorbid yang baik
2. Sedikit trait schizoid pramorbid
3. Stressor pencetus yang berat
4. Onset gejala mendadak
5. Gejala afektif
6. Konfusi selama psikosis
7. Sedikit penumpulan afektif
8. Gejala singkat
9. Tidak ada saudara yang skizofrenik (Kaplan dan Saddcok, 2003).






BAB III
PEMBAHASAN

DISKUSI PEMBAHASAN
Berdasarkan PPDGJ-III dikatakan gangguan jiwa apabila ditemukan :
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa :
• Sindrom atau Pola Perilaku
• Sindrom atau Pola Psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “ penderitaan “ (distress), antara lain dapat berupa : rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll).
Dikatakan gangguan jiwa psikotik apabila terdapat hendaya berat dalam menilai realita berupa waham, halusinasi, ilusi, bicara yang kacau, mengamuk.
Pada gangguan psikotik gejalanya seperti halusinasi, waham, perilaku kataton, perilaku kacau, pembicaraan kacau yang pada umumnya tidak selalu disertai tilikan yang buruk. Gejala psikotik mendominasi gambaran klinisnya baik dalam intensitas dan lama perjalanan penyakit.
Diagnosis gangguan psikotik non organik dapat ditegakkan jika gangguan psikotik tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia atau untuk gangguan afektif yang bertipe psikotik dan gangguan-gangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan waham menetap.



Perbedaan Penyebab psikosis
Penyebab Psikotik Presentasi (Gejala dan status mental yang ditemukan)
Skizofrenia Psikosis aktif satu bulan dengan bukti sekurangnya 6 bulan gejala psikotik yang intermiten dan
Gangguan psikotik akut Psikosis singkat langsung dihubungkan dengan kejadian dalam kehidupannya
Skizofreniform Kriteria aktif skizofrenia muncul <6 bulan
Psikotik tidak terklasifikasi Sementara, secara klinis signifikan gejala psikotik dan tidak memenuhi kriteria diagnosis psikotik yang lain
Skizoafektif Gejala psikotik dan gangguan mood muncul bersamaan mungkin sulit dibedakan dari mood, psikotik, disosiatif, somatik, atau gangguan kepribadian. Gejala psikotik muncul saat mood normal. Dikategorikan tipe depresi atau bipolar
Gangguan waham Waham non-bizzare
Gangguan bipolar Episode gangguan mood selalu karakterisitik dengan gejala depresi dan manik
Geajala psikotik mungkin muncul baik saat episode depresif maupun manik
Major Depresif Disorder Episode periodik depresi dan kadang terkait dengan gejala psikotik
Gejala psikotik mungkin muncul saat episode depresi dan biasanya muncul saat pengobatan gangguan mood
Posttraumatic Stress Disorder PTSD sering berhubungan dengan hipervigilance, bisa disalahartikan dengan paranoid, dan gejala mengalami kembali kejadian dalam bentuk yang parah mungkin termasuk dalam gangguan persepsi langsung (halusinasi auditorik atau visual)
Gangguan kepribadian borderline Gangguan kepribadian dicirikan sebagai disregulasi afek dan kecenderungan terhadap gejala psikotik singkat saat kesulitan
Gangguan disosiatif Gangguan dicirikan sebagai kekacauan dalam mengartikan diri sendiri termasuk episode amnesia atau perubahan kebiasaan dan ekspresi
Intoksikasi zat atau withdrawal Obat-obatan terlarang seperti kokain, metamfetamin, heroin, bahkan alkohol menyebabkan gejala psikotik baik saat intoksikasi dan withdrawal
Malingering Sengaja membuat gejala-gejala untuk keuntungan sendiri (untuk asuransi atau menghindari tuntutan)

 Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Untuk pasien yang masih berumur muda, antipsikotik yang digunakan adalah antipsikotik atipik untuk menghindari efek samping obat berupa gejala negative. Obat yang digunakan adalah Risperidone tab 2 mg 2x 1/2tab  dan fluoxetine tab 10 mg 1x1tab.
.













BAB IV
LAPORAN HOME VISITE


A. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Sejak 4 hari yang lalu Perilaku berubah seperti anak-anak dan sering bingung tanpa sebab. Keluhan ini sudah terjadi untuk ketiga kalinya. Keluhan pertama terjadi pada awal november 2015, awalnya pasien terasa demam meriang, kemudian istirahat dan minum obat penurun panas, dirasa membaik, namun keesokan harinya perilaku pasien berubah menjadi lebih gelisah dan ingin selalu tidur ditemani ibunya. Keluhan ini sembuh sendiri tanpa pengobatan.  Keluhan kedua dialami pada bulan desember 2015, keluhan serupa dengan sebelumnya, namun keluhan ini muncul secara tiba.tiba tanpa sebab. Pada keluhan kedua ini, pasien diajak beobat kedukun, 2 hari kemudian pasien merasa sembuh.
Keluhan ketiga terjadi sekarang, menurut pasien dikarenakan dia rindu kepada rara (sepupu kandungnya) dan ingin bertemu rara. Sebelumnya pasien juga pernah suka dan ingin menjalin hubungan dengan Rere      (sepupunya), namun tidak diizinkan oleh ayahnya karena menurut ayahnya, rere tidak baik untuk anaknya. Selain itu pasien juga mengaku tidak ingin bersekolah di SMKN 2 ( STM ) karena ia merasa terlalu sulit pelajaranya dan merasa tidak nyaman disana. Menurut keluarga pasien, pasien tampak gelisah, perilaku sering berubah-ubah. Pasien jadi lebih sayang terhadap adeknya. Selama seharian dirumah pasien lebih sering tidur, dan ingin ada ibu atau keluarga terdekatnya tidur juga disampingnya. Nafsu makan menurun, dan sulit berkonsentrasi. Pasien jadi tampak pemalas dan tidak mau beraktivitas. Pasien tampak lelah dan lemas. Menurut keluarga pasien, tidak ada ide bunuh diri pada pasien, atau pun membahayakan orang disekitarnya.
Keluhan mendengar suara-suara atau melihat bayangan tidak nyata disangkal. Pasien merasa dikejar rasa takut tanpa sebab yang jelas.
B. IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN
Keluarga pasien merupakan keluarga yang harmonis, dimana ayah pasien bekerja mengelola usaha organ tunggal, dan ibu pasien seorang ibu rumah tangga. Pasien anak pertama dan memiliki seorang adik laki-laki kelas 5 SD. Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan adiknya. Dulu sebelum sakit, pasien sering bertengkar kecil dengan adiknya, namun segera berdamai. Ayah pasien jarang berada dirumah, biasanya ayah pasien pulang kerumah pada malam hari. Keseharian pasien hanya bersama ibu dan adiknya

C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Keadaaan sosial ekonomi pasien cukup, pasien tinggal di perumahan Perumdam. Rumah pasien merupakan rumah milik orang tua sendiri, keadaan rumah bersih dan rapi, luas rumah kira-kira 10x20 m2, rumah berada di lingkungan yang baik, kegiatan sosial di sekitar rumah aktif diikuti oleh pasien. Pasien mengenal tetangga di sekitar rumah, hubungan pasien dengan tetangga baik.


D. SIKAP ANGGOTA KELUARGA TERHADAP PASIEN
Ibu pasien tidak mengetahui tentang masalah apa sehingga membuat pasien berubah perilaku menjadi seperti ini., ibu pasien sebenarnya sangat menyayangi pasien oleh karena itu ibu pasien mengajak anaknya untuk berobat untuk mengobati penyakit yg dialami anaknya.

E. EDUKASI KEPADA KELUARGA
- Diberikan  informasi mengenai penyakit yang dialami pasien sehingga keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien.
- Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, mengajarkan pasien bagaimana cara mengatasi masalahnya dengan benar, jangan menghindarinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bora E., Yucel M., and Pantelis C. 2009. Cognitive functioning in schizophrenia, schizoaffective disorder and affective psychoses: meta-analytic study. British Journal of Psychiatry, 195:475-482

Grover, S. 2010. Acute and Transient Psychosis: An Overview. India: PGIMER.

Ishizuka K, Paek M, Kamiya A, et al. 2006. A review of Disrupted-In-Schizophrenia-1 (DISC1): neurodevelopment, cognition, and mental conditions. Biol Psychiatry, 59:1189–97.

Kumar R., et al. 2011. Acute Psychosis as the Initial Presentation of MS: A Case Report. The International MS Journal.17.2: 54–57.

Lee KY., et al. 2012. Acute psychosis related to use of trimethoprim/sulfamethoxazole in the treatment of HIV-infected patients with Pneumocystis jirovecii pneumonia: a multicentre, retrospective study. Journal of Antimicrobial Chemotherapy .

Levinson DF, Umapathy C, Musthaq M. 1999. Treatment of Schizoaffective Disorder and Schizophrenia With Mood Symptoms.Am J Psychiatry, 156:1138–1148

Maggina, P., et al. 2012. Anti-N-Methyl D Aspartate Receptor Encephalitis Presenting eith Acut Psychosis in A Preteenage girl: A Case Report. Journal of Medical Case Report.

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari  PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William &Wilkins.

Trimble MR., George MS. 2010. Biological Psychiatry 3rd edition. Wiley-Blackwell.

Meilisa Sri S

Posts : 4
Reputation : 0
Join date : 20.02.16

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik