Gangguan Psikomotor & Diagnosa Multiaksial
Halaman 1 dari 1
Gangguan Psikomotor & Diagnosa Multiaksial
GANGGUAN PSIKOMOTOR
Psikomotor ialah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa; jadi, merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Juga dinamakan konasi (“conation”), perilaku motorik atau aspek motorik daripada perilaku. Gerakan reflex, seperti reflex lutut dan reflek pupil tidak termasuk dalam pembahasan ini.1
Gangguan psikomotorik dapat berupa :
KELAMBATAN : secara umum gerakan dan reaksi menjadi lambat :
1. Hipokinesia, hipoaktivitas ; gerakan atau aktivitas berkurang;
2. (sub-- ) stupor katatonik : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang; gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat, sehingga kelihatan seperti si pasien sama sekali tidak memperhatikan lingkungannya.
3. Katalepsi : mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, juga bila hendak diubah oleh orang lain;
4. Flexibilitas serea : mempertahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang lain (Maramis, W.F., 2005).
PENINGKATAN : aktivitas dan reaksi umum meningkat :
1. Hiperkinesia, hiperaktivitas : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan ;
2. Gaduh gelisah katatonik : aktivitas motorik yang kelihatannya tidak bertujuan yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar (Maramis, W.F., 2005).
Tik (“tic”) : gerakan involunter, sekejap serta berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian badan yang relatif kecil.
Bersikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar, yang aneh atau bizar.
Grimas : mimik yang aneh dan berulang-ulang.
Stereotipi : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
Pelugakan (“mannerism”) : pergerakan atau lagak yang stereotip dan teatral (seperti sedang bermain sandiwara).
Ekhopraxia : langsung meniru pergerakan orang lain pada saat dilihatnya;
Ekholalia : langsung mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain.
Otomatisma perintah (“command automatism”) : menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikir dahulu.
Otomatisma : berbuat sesuatu secara otomatis sebagai pernyataan (expresi) simbolik aktivitas tak sadar.
Negativisme : menentang nasehat atau permintaan orang lain atau melakukan yang berlawanan dengan itu.
Kataplexia : tonus otot menghilang dengan mendadak dan sejenak, juga timbul kelemahan umum dengan atau tanpa penurunan kesadaran, yang disebabkan oleh berbagai keadaan emosi.
Gangguan somatomotorik pada reaksi konversi : sering menggambarkan secara simbolik suatu konflik emosional dan dapat berupa :
1. Kelumpuhan
2. Pergerakan yang abnormal, umpamanya : tremor, tik (“tic”), kejang-kejang atau ataxia
3. Astasia-abasia : tidak dapat duduk, berdiri, dan berjalan.
Verbigerasi : berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang sama. Umpamanya “saya mau makan, makan, makan, makan, dan seterusnya ... “ atau “kemarin, kemarin, kemarin, dan seterusnya ... saya datang”.
Berjalan : tidak tegap, kaku (“rigid”) atau lambat (Maramis, W.F., 2005).
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis :
Aksis I : Gangguan Klinis.
Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis
Aksis II : Gangguan Kepribadian.
Retardasi Mental
Aksis III : Kondisi Medik Umum
Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan
Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
CATATAN
• Antara aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologik atau patogenesis.
• Hubungan antara “Aksis I-II-III” dan “Aksis IV” dapat timbal balik saling mempengaruhi (Maslim, R., 2001).
TUJUAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL :
1. Mencakup informasi yang “komprehensif” (Gangguan Jiwa, Kondisi Medik Umum, Masalah Psikososial, dan lingkungan, Taraf Fungsi Secara Global), sehingga dapat membantu dalam:
• Perencanaan terapi
• Meramalkan “outcome” atau prognosis
2. Format yang “mudah” dan “sistematik”, sehingga dapat membantu dalam:
• Menata dan meng-komunikasi-kan informasi klinis
• Menangkap kompleksitas situasi klinis
• Menggambarkan heterogenitas individual dengan diagnosis klinis yang sama
3. Memacu penggunaan “model bio-psiko-sosial” dalam klinis, pendidikan, dan penelitian (Maslim, R., 2001).
AKSIS I
F00-F09 = Gangguan Mental Organik (+ Simtomatik)
F10-F19 = Gangguan Mental & Perilaku <=> Zat Psikoaktif
F20-F29 = Skizofrenia, Gangguan Skizotipal & Waham
F30-F39 = Gangguan Suasana Perasaan (Afektif/Mood)
F40-F48 = Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform & Gangguan Terkait Stress
F50-F59 = Sindrom Perilaku <=> Gangguan Fisiologis/Fisik
F62-F68 = Perubahan Kepribadian <=> Non Organik, Gangguan Impuls, Gangguan Seks
F80-F89 = Gangguan Perkembangan Psikologis
F90-F98 = Gangguan Perilaku & Emosional Onset Kanak-Remaja
F99 = Gangguan Jiwa YTT
Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis
Z 03.2 = Tidak Ada Diagnosis Aksis I
R 69 = Diagnosis Aksis I Tertunda
AKSIS II
F60 = Gangguan Kepribadian Khas
F60.0 = Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 = Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 = Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 = Gangguan kepribadian emosional tak stabil
F60.4 = Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 = Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 = Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 = Gangguan kepribadian dependen
F60.8 = Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 = Gangguan kepribadian YTT
F61 = Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya
F61.0 = Gangguan kepribadian campuran
F61.1 = Perubahan kepribadian yang bermasalah
Gambaran Kepribadian Maladaptif
Mekanisme Defensi Maladaptif
F70-F79 = Retardasi Mental
Z 03.2 = Tidak ada Diagnosis Aksis II
R 46.8 = Diagnosis Aksis II Tertunda
AKSIS III
A00-B99 = Penyakit infeksi dan parasit tertentu
C00-D48 = Neoplasma
E00-G90 = Penyakit endokrin, nutrisi, & metabolik
G00-G99 = Penyakit susunan saraf
H00-H59 = Penyakit mata dan adneksa
I00-I99 = Penyakit sistem sirkulasi
J00-J99 = Penyakit sistem pernapasan
K00-K93 = Penyakit sistem pencernaan
L00-L99 = Penyakit kulit & jaringan subkutan
M00-M99 = Penyakit sistem muskuloskeletal & jaringan ikat
N00-N99 = Penyakit sistem genitourinaria
O00-O99 = Kehamilan, kelahiran anak, & masa nifas
Q00-Q99 = Malformasi kongenital, deformasi, kel. Kr
R00-R99 = Gejala, tanda, & temuan klinis-lab abn
S00-T98 = Cedera, keracunan & akibat kausa eksternal
V01-Y98 = Kausa eksternal dari morbiditas & mortalitas
Z00-Z99 = Faktor => status kesehatan & pelayanan kesehatan
AKSIS IV
Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan
Masalah ekonomi
Masalah akses ke pelayanan kesehatan
Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal
Masalah psikososial & lingkungan lain
AKSIS V
Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
100-91 = gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi.
90-81 = gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
80-71 = gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.
70-61 = beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
60-51 = gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
50-41 = gejala berat (serious), disabilitas berat.
40-31 = beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
30-21 = disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang
20-11 = bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri.
10-01 = seperti diatas --> persisten & lebih serius.
0 = informasi tidak adekuat (Maslim, R., 2001).
REFERENSI
1. Maramis, W.F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.
2. Maslim, R., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III. PT Nuh Jaya: Jakarta.
Psikomotor ialah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa; jadi, merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Juga dinamakan konasi (“conation”), perilaku motorik atau aspek motorik daripada perilaku. Gerakan reflex, seperti reflex lutut dan reflek pupil tidak termasuk dalam pembahasan ini.1
Gangguan psikomotorik dapat berupa :
KELAMBATAN : secara umum gerakan dan reaksi menjadi lambat :
1. Hipokinesia, hipoaktivitas ; gerakan atau aktivitas berkurang;
2. (sub-- ) stupor katatonik : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang; gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat, sehingga kelihatan seperti si pasien sama sekali tidak memperhatikan lingkungannya.
3. Katalepsi : mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, juga bila hendak diubah oleh orang lain;
4. Flexibilitas serea : mempertahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang lain (Maramis, W.F., 2005).
PENINGKATAN : aktivitas dan reaksi umum meningkat :
1. Hiperkinesia, hiperaktivitas : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan ;
2. Gaduh gelisah katatonik : aktivitas motorik yang kelihatannya tidak bertujuan yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar (Maramis, W.F., 2005).
Tik (“tic”) : gerakan involunter, sekejap serta berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian badan yang relatif kecil.
Bersikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar, yang aneh atau bizar.
Grimas : mimik yang aneh dan berulang-ulang.
Stereotipi : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
Pelugakan (“mannerism”) : pergerakan atau lagak yang stereotip dan teatral (seperti sedang bermain sandiwara).
Ekhopraxia : langsung meniru pergerakan orang lain pada saat dilihatnya;
Ekholalia : langsung mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain.
Otomatisma perintah (“command automatism”) : menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikir dahulu.
Otomatisma : berbuat sesuatu secara otomatis sebagai pernyataan (expresi) simbolik aktivitas tak sadar.
Negativisme : menentang nasehat atau permintaan orang lain atau melakukan yang berlawanan dengan itu.
Kataplexia : tonus otot menghilang dengan mendadak dan sejenak, juga timbul kelemahan umum dengan atau tanpa penurunan kesadaran, yang disebabkan oleh berbagai keadaan emosi.
Gangguan somatomotorik pada reaksi konversi : sering menggambarkan secara simbolik suatu konflik emosional dan dapat berupa :
1. Kelumpuhan
2. Pergerakan yang abnormal, umpamanya : tremor, tik (“tic”), kejang-kejang atau ataxia
3. Astasia-abasia : tidak dapat duduk, berdiri, dan berjalan.
Verbigerasi : berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang sama. Umpamanya “saya mau makan, makan, makan, makan, dan seterusnya ... “ atau “kemarin, kemarin, kemarin, dan seterusnya ... saya datang”.
Berjalan : tidak tegap, kaku (“rigid”) atau lambat (Maramis, W.F., 2005).
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis :
Aksis I : Gangguan Klinis.
Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis
Aksis II : Gangguan Kepribadian.
Retardasi Mental
Aksis III : Kondisi Medik Umum
Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan
Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
CATATAN
• Antara aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologik atau patogenesis.
• Hubungan antara “Aksis I-II-III” dan “Aksis IV” dapat timbal balik saling mempengaruhi (Maslim, R., 2001).
TUJUAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL :
1. Mencakup informasi yang “komprehensif” (Gangguan Jiwa, Kondisi Medik Umum, Masalah Psikososial, dan lingkungan, Taraf Fungsi Secara Global), sehingga dapat membantu dalam:
• Perencanaan terapi
• Meramalkan “outcome” atau prognosis
2. Format yang “mudah” dan “sistematik”, sehingga dapat membantu dalam:
• Menata dan meng-komunikasi-kan informasi klinis
• Menangkap kompleksitas situasi klinis
• Menggambarkan heterogenitas individual dengan diagnosis klinis yang sama
3. Memacu penggunaan “model bio-psiko-sosial” dalam klinis, pendidikan, dan penelitian (Maslim, R., 2001).
AKSIS I
F00-F09 = Gangguan Mental Organik (+ Simtomatik)
F10-F19 = Gangguan Mental & Perilaku <=> Zat Psikoaktif
F20-F29 = Skizofrenia, Gangguan Skizotipal & Waham
F30-F39 = Gangguan Suasana Perasaan (Afektif/Mood)
F40-F48 = Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform & Gangguan Terkait Stress
F50-F59 = Sindrom Perilaku <=> Gangguan Fisiologis/Fisik
F62-F68 = Perubahan Kepribadian <=> Non Organik, Gangguan Impuls, Gangguan Seks
F80-F89 = Gangguan Perkembangan Psikologis
F90-F98 = Gangguan Perilaku & Emosional Onset Kanak-Remaja
F99 = Gangguan Jiwa YTT
Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis
Z 03.2 = Tidak Ada Diagnosis Aksis I
R 69 = Diagnosis Aksis I Tertunda
AKSIS II
F60 = Gangguan Kepribadian Khas
F60.0 = Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 = Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 = Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 = Gangguan kepribadian emosional tak stabil
F60.4 = Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 = Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 = Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 = Gangguan kepribadian dependen
F60.8 = Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 = Gangguan kepribadian YTT
F61 = Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya
F61.0 = Gangguan kepribadian campuran
F61.1 = Perubahan kepribadian yang bermasalah
Gambaran Kepribadian Maladaptif
Mekanisme Defensi Maladaptif
F70-F79 = Retardasi Mental
Z 03.2 = Tidak ada Diagnosis Aksis II
R 46.8 = Diagnosis Aksis II Tertunda
AKSIS III
A00-B99 = Penyakit infeksi dan parasit tertentu
C00-D48 = Neoplasma
E00-G90 = Penyakit endokrin, nutrisi, & metabolik
G00-G99 = Penyakit susunan saraf
H00-H59 = Penyakit mata dan adneksa
I00-I99 = Penyakit sistem sirkulasi
J00-J99 = Penyakit sistem pernapasan
K00-K93 = Penyakit sistem pencernaan
L00-L99 = Penyakit kulit & jaringan subkutan
M00-M99 = Penyakit sistem muskuloskeletal & jaringan ikat
N00-N99 = Penyakit sistem genitourinaria
O00-O99 = Kehamilan, kelahiran anak, & masa nifas
Q00-Q99 = Malformasi kongenital, deformasi, kel. Kr
R00-R99 = Gejala, tanda, & temuan klinis-lab abn
S00-T98 = Cedera, keracunan & akibat kausa eksternal
V01-Y98 = Kausa eksternal dari morbiditas & mortalitas
Z00-Z99 = Faktor => status kesehatan & pelayanan kesehatan
AKSIS IV
Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan
Masalah ekonomi
Masalah akses ke pelayanan kesehatan
Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal
Masalah psikososial & lingkungan lain
AKSIS V
Global Assessment of Functioning (GAF) Scale
100-91 = gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi.
90-81 = gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
80-71 = gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.
70-61 = beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
60-51 = gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
50-41 = gejala berat (serious), disabilitas berat.
40-31 = beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
30-21 = disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang
20-11 = bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri.
10-01 = seperti diatas --> persisten & lebih serius.
0 = informasi tidak adekuat (Maslim, R., 2001).
REFERENSI
1. Maramis, W.F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.
2. Maslim, R., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III. PT Nuh Jaya: Jakarta.
nandar- Posts : 6
Reputation : 0
Join date : 19.09.15
Age : 33
Similar topics
» Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform, dan Gangguan Terkait Stress
» Gangguan Mental Organik (Deliium, Demensia, Gangguan Amnesik)
» Diagnosis Multiaksial
» Diagnosis Multiaksial
» Gangguan Persepsi
» Gangguan Mental Organik (Deliium, Demensia, Gangguan Amnesik)
» Diagnosis Multiaksial
» Diagnosis Multiaksial
» Gangguan Persepsi
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik