Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Laporan Kasus Heteroanamnesis dan Autoanamnesis

Go down

Laporan Kasus Heteroanamnesis dan Autoanamnesis Empty Laporan Kasus Heteroanamnesis dan Autoanamnesis

Post by elsifebria Thu May 28, 2015 1:51 pm

LAPORAN KASUS
Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis dengan Ny. A (Ibu kandung pasien) dan autoanamnesis. Kebenaran anamnesis dapat dipercaya.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 dari 7 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Lintang
Status : Janda, mempunyai 1 orang anak perempuan
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Bengkulu
No RM : xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Tanggal Pemeriksaan : 27/03/2015 pukul 16.00 WIB

IDENTITAS IBU PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 55 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku : Lintang
Alamat : Jl.xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Bengkulu

II. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Susah tidur, gelisah, dan emosi sulit di kontrol sejak ± 1 minggu yang lalu.
B. Riwayat Gangguan Sekarang

AUTOANAMNESIS
Pasien datang ke poli diantar ibunya pada  tanggal 24 maret 2015, dengan keluhan susah tidur, sulit mengontrol emosi, mudah tersinggung sejak + 1 minggu yang lalu. Pasien baru bisa tertidur setelah jam 2 malam sehingga pasien merasa pusing karena kurang tidur. Keluhan pasien tersebut muncul setelah obat pasien habis. Saat itu pasien tidak bisa  datang ke RSKJ karena tidak mempunyai uang untuk ongkos. Pasien mengaku tidak bisa bekerja berjualan jagung rebus karena keluhan pasien tersebut.
Pasien mengaku keluhannya pertama kali muncul setelah pasien bercerai dengan suami pertamanya pada tahun 2001 karena tidak mendapat restu oleh mertuanya. Orang tua suaminya tidak setuju karena pasien berasal dari keluarga yang miskin, sehingga saat pasien menikah orang tua suaminya tidak hadir dan diwakilkan oleh adik suaminya. Pernikahan pertama pasien hanya bertahan 3 bulan. Setelah bercerai pasien kembali kerumah orang tuanya.Semenjak itu pasien mulai jarang keluar rumah, tidak mau berdandan lagi karena pasien merasa dirinya sudah menjadi seorang janda dan tidak ada laki-laki yang mau dengannya. Pasien sering menangis dan menyendiri di kamar.
Tidak lama kemudian pasien mengikuti tes CPNS Pemda. Setelah pasien tes, pasien diminta uang 15 juta agar pasien lulus menjadi PNS. Keluarga pasien saat itu tidak mempunyai uang sehingga pasien tidak lulus menjadi PNS. Saat itu pasien merasa kecewa dan sedih. Pasien juga sempat mencoba mencalonkan diri sebagai anggota DPRD. Saat itu pasien diberi bantuan dana oleh partai untuk pencalonan, namun uang tersebut dibagi-baginya dengan adik-adiknya atau siapa saja yang dating kerumahnya. Akhirnya uang tersebut habis dan pasien gagal mencalonkan diri.
Kekecewaan pasien semakin bertambah ketika adik ketiganya ingin menikah pada tahun 2004. Pasien tidak rela adinya menikah karena dirinya saat itu belum menikah lagi. Pasien merasa adiknya tidak menuruti perintahnya. Pasien mulai mengamuk, membanting barang-barang dirumah. Keluhan tersebut bertambah parah ketika pasien merasa tetangga sebelah rumahnya menuduh pasien mengganggu suami tetangganya tersebut. Emosi pasien semakin bertambah sehingga pasien mendatangi tetangganya dan menjambak rambut tetangganya serta memukuli anak tetangganya yang saat itu berada didekat dirinya. Kemudian tetangga pasien melaporkan pasien ke polisi dan kemudian pasien dibawa keluarganya pertama kali ke RSKJ Soeprapto Bengkulu. Pasien dirawat selama 2 bulan. Ketika dirawat pasien sering bersikap seolah-olah dirinya seorang pegawai RS, selalu berdandan sehingga dirinya sering berada di ruangan perawat, membuka berkas-berkas.
Setelah keluar dari RS pasien ikut adiknya ke Bangka dan pasien bekerja di rumah makan. Pasien bertemu dengan seorang laki-laki disana dan ingin menikah dengan laki-laki tersebut. Namun pihak keluarga melarang pasien menikah dengan laki-laki tersebut karena sudah mempunyai istri dan anak, tetapi pasien tetap ingin menikah dan sebulan setelah menikah pasien hamil. Saat itu pasien didatangi oleh istri pertama suaminya dan pasien merasa tertekan dan kemudian pasien bercerai dengan suaminya saat kandungannya berusia 3 bulan. Pasien dibawa keluarganya pulang ke Bengkulu. Pasien mengalami kekambuhan dan akhirnya dibawa keluarganya ke RSKJ dan dirawat selama 2 minggu. Setelah pasien keluar dari RS pasien tidak mau minum obat karena takut keguguran. Setelah melahirkan pasien mau minum obat lagi
Pada tahun 2012 pasien sering melempari rumah tetangganya dengan batu dan melempari celana dalam adik-adiknya ke atas atap rumah tetangganya tersebut. Pasien mengaku ada mendengar suara-suara yang menyuruhnya melakukan hal tersebut. Kemudian pasien dibawa lagi oleh keluarganya ke RSKJ dan dirawat selama 2 minggu
Pasien menceritakan ada jin iprit yang menyuruhnya untuk bermalas-malasan dirumah, tidak mau mandi dan tidak mau mengerjakan apapun saat itu. Kemudian pasien juga mengaku kalau dia juga melihat orang berbadan besar menggunakan baju putih yang sering menyuruhnya untuk shalat, mengaji dan berdandan.
Pasien terkadang sangat rajin mengerjakan pekerjaan rumah, bangun subuh-subuh,  berdandan, dan bekerja jualan jagung rebus keliling serta uang hasil pasien berjualan dibagi-bagi dengan adik-adiknya sampai uang tersebut habis. Namun terkadang juga pasien sangat malas mengerjakan seluruh aktivitasnya, tidak mau berjualan dan tidak mau mandi kalau tidak disuruh oleh ibunya.

HETEROANAMNESIS
Diperoleh dari ibu kandung pasien, Ny. A berusia 55 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengeluhkan susah tidur sejak satu minggu yang lalu dan pasien merasa pusing. Selain itu ibu pasien juga mengatakan bahwa  pasien menjadi gelisah, sering marah-marah sejak obatnya habis.
Ibu pasien mengatakan pada tahun 2001 pasien menikah tetapi tidak mendapatkan restu dari orang tua suaminya. Namun pernikahannya tetap dilaksanakan. Setelah menikah pasien sering bertengkar dengan suaminya karena masalah ekonomi dan pasien juga sering bertengkar dengan mertuanya. Akhirnya pernikahan pasien hanya bertahan 3 bulan. Setelah bercerai, pasien sering terlihat murung, jarang keluar rumah dan sering menangis. Kemudian pasien sering terlihat tertawa dan berbicara sendiri seperti seorang pembaca berita karena pasien merasa saat itu dirinya sedang mengikuti tes menjadi presenter. Pada akhir tahun 2001 pasien mengikuti tes CPNS. Kemudian pasien mengatakan kepada orang tuanya kalau dirinya mau diluluskan CPNS, orang tuanya harus membayar 15 juta. Namun saat itu orang tua pasien tidak mempunyai uang dan mengatakan kepada pasien tidak usah berharap menjadi PNS. Saat itu pasien terlihat sangat kecewa dan masih terus berharap lulus PNS. Pasien sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum mendapatkannya. Sedangkan adik pasien langsung mendapatkan honor di Depag dan kemudian diangkat menjadi PNS. Pasien sering merasa iri dengan adiknya tersebut.
Pada tahun 2004 pasien pertama kali dibawa keluarganya ke RSKJ karena pasien mengamuk, marah-marah, membanting barang rumah. Keluhan tersebut bertambah parah ketika adik perempuan pasien ingin menikah. Pasien tidak mau adiknya menikah duluan sementara dirinya masih sendiri. Pasien dirawat di RSKJ selama 2 bulan. Selama di RS pasien pernah mengamuk dengan na perawat tersebut melarang pasien berkeliaran diruang perawat.
Pada tahun 2005 pasien ikut adiknya ke Bangka untuk mencari pekerjaan. Akhirnya pasien bekerja di rumah makan dan disanalah pasien berkenalan dengan laki-laki. Kemudian pasien memutuskan untuk menikah. Saat itu keluarga pasien melarang pasien menikah karena laki-laki tersebut sudah mempunyai istri dan anak. Namun pasien tetap ingin menikah dengan alasan mumpung ada laki-laki yang mau dengan dirinya yang mengalami gangguan jiwa. Setelah pasien menikah, pasien hamil. Saat usia kehamilan pasien berusia 3 bulan rumah tangga pasien mulai berantakan karena istri pertama suaminya sering mendatangi pasien dan memarahi dirinya. Saat itu pasien mengalami kekambuhan. Pasien seing marah dan mengamuk. Akhirnya pasien diceraikan suaminya dan dibawa adiknya pulang ke Bengkulu. Pada awal tahun 2006 keluhan pasien semakin parah. Pasien pernah mandi tidak menggunakan pakaian di selokan pinggir jalan dekat rumahnya. Kemudian pasien dibawa lagi oleh keluarganya ke RSKJ dan dirawat selama 2 minggu. Setelah keluar dari RS pasien tidak mau meminum obat karena takut keguguran.
Pasien terakhir dirawat di RSKJ pada tahun 2012 karena sering melempari celana dalam adik-adiknya keatap rumah tetangganya sehingga pasien dilaporkan ke polisi namun pasien tidak ditahan karena merupakan paien gangguan jiwa. Saat itu pasien tidak mau menggunakan celana.
Menurut ibu pasien, pasien terkadang terlihat malas melakukan segala aktivitas termasuk mandi. Pasien tidak mau mandi apabila tidak dipaksa dengan ibunya. Pasien tidak mau membantu ibunya ke kebun, tidak mau jualan dan membersihkan rumah. Namun sekitar satu bulan terakhir pasien sering bangun pagi, membersihkan rumah dan selalu berdandan walaupun pasien hanya berada di rumah. Pasien rajin berjualan jagung keliling.lingkungan sekitar

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien merupakan pasien ulangan, pasien sudah pernah dirawat beberapa kali di RSKJ Soeprapto Bengkulu.
2. Riwayat Gangguan Medik
a. Pasien tidak ada riwayat gangguan medis, dan pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
b. Tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes mellitus dan riwayat sakit hipotiroid.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol Riwayat mengkonsumsi alkohol, rokok, dan narkoba tidak ada.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat pranatal
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal ditolong dukun beranak dirumah. Selama kehamilan dan kelahiran tidak ada masalah.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Pasien minum ASI sejak 0 bulan sampai usia 2 tahun. Pasien mulai mendapatkan tambahan makanan pendamping ASI pada usia 5 bulan. Pasien bisa berjalan pada usia 13 bulan. Saat bayi hingga balita pasien diasuh oleh ibu pasien sendiri.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan padan masa ini normal. Pasien saat SD selalu naik kelas. Pasien merupakan anak yang pendiam, tidak banyak berbicara, jarang bermain keluar rumah, sehingga tidak memilik banyak teman. Saat sekolah SD pasien selalu naik kelas namun tidak pernah mendapatkan peringkat.
4. Riwayat masa remaja
Pasien saat remaja tetap berkembang menjadi gadis yang pendiam, kurang banyak teman dan pasien selalu bersikap cuek atau sombong kepada teman lelaki yang menyukai dirinya.  Sehari- hari pasien sering bermain dirumah karena malas keluar rumah. Pasien juga tidak mempunyai pacar atau teman laki-laki.
5. Riwayat dewasa muda
Setelah tamat SMA, pasien tidak melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya. Pasien membantu orang tuanya berkebun dan mengurusi adik-adiknya. Selain itu pasien juga sering ikut organ tunggal untuk menyanyi di pesta pernikahan.
6. Riwayat pendidikan
Pasien sekolah SD, SMP, dan SMA selalu naik kelas. Pasien tidak melanjutkan kuliah setelah tamat SMA.
7. Riwayat pekerjaan
Setelah tamat SMA pasien bekerja membantu orang tuanya di kebun, terkadang pasien menyanyi di organ tunggal apabila ada acara nikahan. Setelah bercerai dengan suaminya, pasien berjualan jagung rebus keliling. Pasien pernah ikut tes CPNS di Pemda Bengkulu namun tidak lulus. Pasien juga pernah mendaftarkan diri sebagai calon DPRD namun gagal.
8. Riwayat pernikahan
Pasien sudah pernah menikah pertama kali saat berumur 25 tahun dan bercerai setelah 3 bulan pernikahan. Pada tahun 2005 pasien menikah untuk kedua kali dan mempunyai anak perempuan yang berusia 11 tahun. Pernikahan kedua pasien hanya bertahan 4 bulan.
9. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam
10. Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah dua kali menikah. Saat SMP dan SMA pasien tidak pernah pacaran karena pasien selalu cuek terhadap teman laki-lakinya yang suka dengan pasien.
11. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat dalam masalah hukum
12. Aktivitas sosial
Pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tetangga. Pasien jarang keluar rumah, pasien jarang mengobrol dan bercengkrama dengan tetangga.

E. Riwayat Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Pasien merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara. Pasien memiliki 3 adik perempuan dan 3 orang adik laki-laki. Adik kedua, keempat dan kelima pasien adalah perempuan dan adik ketiga, keenam, ketujuh adalah laki-laki. Adik kedua, ketiga, keempat dan kelima pasien sudah menikah dan tidak tinggal serumah dengan pasien. Setelah bercerai dengan suaminya pasien tinggal dirumah orang tuanya, dirumah pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, dua orang adiknya serta anak pasien. Ayah pasien sekarang bekerja sebagai tukang ojek dan ibunya berjualan sayur di pasar serta berkebun. Hubungan pasien dengan seluruh keluarganya biasa saja, tetapi pasien paling dekat dengan ibunya. Pasien jarang bercerita keluh kesahnya dengan anggota keluarga lain selain ibunya. Keluarga pasien selalu memberikan perhatian kepada pasien. Keluarga pasien selalu mengontrol pasien untuk minum obat. selama pasien dirawat di RS keluarganya selalu mengunjungi pasien untuk memberikan dukungan kepada pasien.
Pasien tinggal di lingkungan dengan sosioekonomi yang menengah ke bawah. Tinggal di rumah sederhana setengah permanen, ada 2 kamar, ruang tamu, dapur, 1 kamar mandi dan teras. Hubungan pasien seluruh keluarganya tergolong akbab atau dekat.
Keponakan kandung dari ibu pasien ada yang mengalami gangguan jiwa setahun terakhir namun belum pernah dirawat di rumah sakit.

No Nama Jenis kelamin Usia Hubungan Sifat
1 Tn. U Laki-laki 61 tahun Ayah kandung Tegas, disiplin, pekerja keras.
2 Ny. A Perempuan 55 tahun Ibu kandung Rajin, penurut, pekerja keras
3 Ny. S Perempuan 38 tahun Pasien Pendiam, keras kepala, emosional
4 Tn. D Laki-laki 35 tahun Adik kandung Tegas, cuek, rajin
5 Ny. R Perempuan 33 tahun Adik kandung Ramah, rajin, banyak teman
6 Ny. A Perempuan 28 tahun Adik Kandung Cerewet, Susah senyum, banyak teman
7 Tn. R Laki-laki 25 Tahun Adik Kandung Pendiam, tegas, agak malas
8 Tn. H Laki – laki 19 Tahun Adik Kandung Acuh, banyak teman
9 Tn A Laki-laki 15 tahun Adik kandung Ramah, rajin

F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orang tua, dua orang adik dan anaknya di rumah pribadi semipermanen. Adik pasien yang sudah menikah tidak tinggal serumah bersama pasien. Namun rumah adik-adinya masih dissekitar rumah orang tua pasien. saat ini pasien masih bekerja menjual jagung keliling dan terkadang membantu ibunya mengambil kangkung di kebun

G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya
Pasien mengaku dirinya sembuh dari sakit, tetapi terkadang sadar bahwa dirinya sakit dan perlu pengobatan sehingga ia pergi ke Poli RSJ untuk meminta obat penenang supaya bisa tenang. Tetapi saat diulang pertanyaannya mengenai dirinya, pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit. Pasien berobat atas kemauan sendiri dan berkomitmen minum obat sesuai anjuran dokter. Tetapi sebelum ke poli obat pasien sudah habis dua minggu sebelum ibu pasien datang ke poli
.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan : Seorang perempuan, berusia 38 tahun, agak gemuk, kulit sawo matang, berpakaian  bersih dan rapi. Rambut pasien pendek. Pasien juga menggunakan lipstik yang rapi an pensil alis. Pasien berpenampilan sesuai usianya.kondisi fisik terlihat sehat.
2. Kesadaran kuantitas: Kompos mentis
3. Kesadaran kualitas: Baik
4. Tingkah laku dan psikomotor: Keadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
a. Kuantitas : Pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
b. Kualitas : pasien menjawab pertanyaan yang diajukan secara cepat namun diserta perpindahan materi pembicaraan yang mendadak tanpa alasan logik yang nyata (Flight of idea), tetapi jawaban pasien masih koheren terhadap pertanyaan yang diajukan. Pengucapan kata jelas dan pembicaraan dapat dimengerti. Tidak ada hendaya berbahasa.
c. Perilaku terhadap pemeriksa: pasien selalu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan terbuka. Kontak mata baik dengan pemeriksa. Pasien terlihat sering senyum-senyum saat berhadapan dengan pemeriksa karena ia sedang merasa bahagia, ia merasa dirinya sekarang seorang PNS.
5. Keadaan Afektif
1. Mood : mania
2. Afek : meluas
3. Keserasian : tidak serasi
6. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi auditorik ada → pasien mendengar suara- suara yang menyuruh dirinya berdandan cantik, rajin shalat, bangun subuh dan rajin membersihkan rumah.
2. Halusinasi visual ada →pasien melihat orang berbadan besar berpakain putih dan itu dianggap dirinya sebagai jin islam

7. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : tidak logis, autistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas : flight of idea
b. Kontinuitas : Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
8. Isi pikiran : Waham kebesaran (+), pasien terkadang merasa bahwa dirinya seorang PNS.
9. Sensorium dan kognisi
a. Orientasi terhadap tempat, orang, dan waktu:  baik, pasien mampu menyebutkan berada di ruang tamu rumahnya di Simpang Kandis. Waktu wawancara sore hari dengan dokter muda dan ibu  kandungnya.
b. Daya ingat :
- Jangka panjang: baik, pasien mampu menyebutkan tanggal lahir dirinya dan ibu kandungnya. Pasien juga mampu menyebutkan SD berapa dirinya
- Menengah: baik, pasien mampu mengenali gubernur Provinsi Bengkulu dan presiden Republik Indonesia sekarang
- Pendek: baik, pasien mampu menyebutkan makanan yang ia makan pagi tadi
- Segera:  buruk, pasien tidak mampu mengingat koin, meja, kursi
c. Konsentrasi dan atensi: baik
d. Kemampuan baca tulis: baik
e. Kemampuan visuospatial: baik, dapat menggambarkan jam
f. Berpikir abstrak: baik, dapat menyebutkan persamaan apel dan jeruk
g. Kemampuan menolong sendiri: baik, pasien dapat melakukan perawatan diri sehari- hari secara mandiri seperti mandi, makan, minum.  Pasien dapat menjelaskan apabila terjadi kebakaran, pasien akan lari dan berteriak meminta tolong karena pasien takut ikut terbakar.
10. Pengendalian impuls : baik, selama wawancara dapat mengontrol emosinya dengan baik
11. Daya nilai sosial : buruk, pasien kurang bergaul dengan lingkungan sekitar
12. Tilikan: Buruk/derajat 2
13. Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya

IV. STATUS INTERNA
1. Status Generalis
o KU : Tampak Sehat
o Sensorium : CM  
Vital Sign
o TD : 120/70 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o RR : 20 x/menit
o Suhu : 36,5 oC

2. Status Internus
1. Kepala : Normocephali, rambut lurus, hitam dan pendek.
2. Mata : biasa
3. Hidung : pesek
4. Telinga : biasa, menggantung
5. Mulut : bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa lidah merah,
6. Leher : dalam batasnormal, tidak ada pembesaran tiroid
7. Thorak : Jantung: BJ I/II normal
Pulmo: sonor, vesikuler kanan=kiri normal
8. Abdomen : datar, sipel, bising usus (+) normal
9. Ekstremitas : Superior, inferior (Dextra, sinistra) dalam batas normal

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

- pada pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang
- disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap

VI. FORMULASI DIAGNOSIS
1. Perempuan 38 tahun, janda memiliki satu orang anak, tinggal bersama kedua orang tua, dua orang adik dan satu orang anak perempuannya.
2. Penampilan manik, perawatan diri pasien baik
3. Riwayat stressor : perceraian, tidak dapat bekerja menjadi PNS, gagal mencalonkan diri menjadi anggota DPRD
4. Pasien kooperatif, kontak mata adekuat, pembicaraan pasien koheren, terdapat flight of idea, halusinasi auditorik dan visual, dan waham kebesaran
5. Mood pasien mania, afek meluas dan tidak serasi
6. Keluhan pertama kali muncul setelah pasien bercerai dengan suami pertamanya ± 14 tahun yang lalu
7. Gangguan pada aktivitas social

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
F 25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II
Tidak ada diagnosis
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
erceraian, tidak dapat bekerja menjadi PNS, gagal mencalonkan diri menjadi anggota DPRD, tidak bergaul dengan lingkungan sekitar
Aksis V
GAF scale 70-61

VII. PROGNOSIS
1. Faktor yang memberikan pengaruh baik:
◦ Faktor pencetus jelas yaitu: perceraian, tidak lulus tes PNS dan gagal anggota DPRD
◦ Riwayat premorbid yang kurang baik dalam sosial dan lingkungan
◦ Adanya gejala positif yaitu adanya halusinasi dan waham
◦ Dukungan keluarga yang baik terhadap kesembuhan pasien
2. Faktor yang memberikan pengaruh buruk:
◦ Gangguan terjadi saat usia muda
◦ Gangguan sudah terjadi selama 14 tahun
◦ Pasien memang dikenal sebagai anak yang pendiam dan tidak memiliki banyak teman
◦ Janda
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam
Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas sebagai berikut :
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad malam

VIII. TERAPI
1. Psikofarmaka
o Risperidone tablet 2 x 2 mg
o Trihexylphenidil talet 2 x 2 mg
2. Psikoterapi & Edukasi
a. Menyarankan untuk mencari kesibukan dan interaksi sosial dengan orang lain dengan tujuan untuk mengatasi kambuhnya gejala
b. Memberikan dukungan dan meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup untuk menghadapi masalah yang sedang di alami.
c. Memberikan pemahaman pentingnya teratur dan patuh minum obat untuk memperkecil peluang kekambuhan
d. Kontrol teratur ke rumah sakit
Terhadap keluarga :
a. Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit yang diderita pasien, gejala-gejala, dampak-dampak, faktor-faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis, dan kekambuhan sehingga keluarga dapat menerima kondisi pasien dan mendukung pasien ke arah kesembuhan.
b. Mengajak seluruh anggota keluarga dan orang-orang terdekat pasien untuk ikut berpartisipasi dalam penatalaksanaan pasien terutama dalam mendukung kepatuhan pasien menjalankan terapi dan dalam menghindarkan stresor dari pasien

Edukasi
a. Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stresor.
b. Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain itu kembali menyibukan diri seperti aktivitas, melakukan hal-hal yang menyenangkan, jangan menyimpan emosi, apabila halusinasi muncul pasien harus menepisnya seperti menutup telinga dan mata serta menyuruh pergi, bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.

IX. PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara, tidak ditemukan kelainan fisik yang berhubungan dengan gejala-gejala psikiatrik yang dialami pasien, seperti riwayat trauma atau gangguan otak. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan mental organik (F0) dapat disingkirkan. Tidak ada riwayat pemakaian alkohol, rokok, obat-obatan dan zat psikoaktif lainnya. Sehingga gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya (F1) juga dapat disingkirkan.
Melalui hasil wawancara, ditemukan gangguan psikotik (mendengar suara-suara dan melihat banyangan) dan ditemukan episode manik saat ini pasien sangat rajin melakukan aktivitasnya, pasien selalu bangun pagi, rajin membersihkan rumah, bekerja, berdandan walaupun terkadang hanya dirumah, selalu tersenyum maka dipikirkan pasien di diagnosis mengalami skizoafektif tipe manik  (F 25.0).
Menurut DSM IV, kriteria diagnosis skizoafektif :
1. Selama periode penyakit, pada suatu saat, episode depresi mayor atau episode manik atau episode campuran terdapat bersamaan dengan gejala-gejala yang memenuhi kriteria A ( kriteria skizofrenia A adalah waham, halusinasi, perilaku aneh atau gejala negatif)
2. Selama periode penyakit, terdapat waham atau halusinasi paling sedikit dua minggu tanpa adanya simptom mood yang menonjol
3. Dari total durasi periode aktif dan residual penyakit, gejala yang memenuhi kriteria episode mood mempunyai porsi durasi yang relatif cukup lama
4. Gangguan bukan akibat langsung pengaruh fisiologik zat atau kondisi medik umum
Pasien mendapatkan terapi Risperidone tablet 2 mg, risperidone merupakan obat antipsikosis golongan Benzisoxazole yang memiliki mekanisme kerja obat atipikal yang berafinitas terhadap dopamine D2 receptorss juga terhadap serotonin 5 HT2 receptors (serotonin-dopamine antagonis).  Sehingga efektif terhadap gejala psikotik positif seperti gangguan asosiasi pikiran, emosi yang sulit terkontrol, halusinasi waham dan gejala negatif seperti gangguan hubungan sosial (menarik diri), gangguan bentuk pikir, proses pikir, isi pikiran.
Mendapatkan Trihexyphenidyl 2 mg untuk  mengurangi gejala efek samping ekstrapiramidal yang bekerja dengan mengurangi akivitas kolinergik yang berlebihan di ganglia basal.

elsifebria

Posts : 6
Reputation : 0
Join date : 21.05.15

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik