Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Gangguan Disosiasi Motorik

Go down

Gangguan Disosiasi Motorik Empty Gangguan Disosiasi Motorik

Post by muthi'ah ramadhani agus Thu Apr 30, 2015 7:59 pm

BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama         : Nn. TS
2. Usia         : 16 tahun
3. TTL         : 27 April 1999
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Anak ke : 2 dari 4 bersaudara
6. Agama : Nasrani
7. Pendidikan : SMP
8. Suku         : Batak
9. Status : Belum Menikah
10. Pekerjaan : Pelajar
11. Alamat : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx bengkulu
12. No RM : xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
13. Tanggal Pemeriksaan : 28/3/2015 pukul 10.00 WIB

2. Riwayat Psikiatri
A. Keluhan Utama
Pasien dibawa keluarga karena tidak bisa bicara hanya berguman dengan suara yang tidak jelas sejak 2 minggu yang lalu dan lupa dengan orang sekitanya.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
AUTOANAMNESIS
Selama 2 minggu terakhir  pasien dibawa ke rumah sakit, setelah itu pasien tiba-tiba tidak dapat bicara dengan jelas hanya bergumam berusaha menyampaikan kalimat-kalimat sulit dimengerti. Hal ini terjadi setelah melihat pertengkaran kedua orang tua pasien.
Pasien juga tidak mengetahui kenapa pasien tidak bisa berbicara dan apa penyebab kenapa pasien tidak dapat berbicara
Ketika ditanyakan apakah pasien mengenal orang-orang disekitarnya, saat itu orang tuanya dan ketiga saudaranya ada disana , pasien mengaku tidak mengenal ayahnya dan selalu mengatakan bahwa lelaki yang ditunjukkan oleh pemeriksa adalah hewan dan jahat.
Setiap ditanya tentang ayahnya pasien marah dan selalu menjawab pertanyaan tidak tau. Pasien merasa benci berada dirumah karena selalu berisik. Pasien sangat ingin tinggal bersama dengan nenek dari ibu pasien karena  menurut pasien di sana nyaman, tenang, selalu dicintai setiap hari.
Pasien tidak menyukai sekolah karena menurut pasien disekolah teman-temannya jahat, suka mengejek, memukul dan berbicara kotor. Menurut pasien ia memiliki banyak teman hantu, pasien lebih nyaman bermain dengan teman hantunya karena tidak jahat dan kasar seperti teman-temannya, pasein mengaku meiliki teman-teman hantu baru-baru ini, teman hantu pasien menyerupai monyet, dan tokoh hantu di film-film. Pasien sangat menyukai hewan, karena hewan tidak merusak dan bisa di sayangi.

HETEROANAMNESIS
Pasien tidak dapat berbicara dengan jelas sejak 2 minggu yang lalu setelah dibawa berobat di RS Swasta di Medan, karena mengalami kejang selama kurang lebih 5 menit hal ini terjadi setelah melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat. Setelah kejadian itu pasien tidak mengenali ayah kandungnya hingga saat diwawancara terakhir.
6 bulan yang lalu pada bulan september 2014 pasien mengalami kejang untuk pertama kalinya, kejang berlangsung ± 2 jam, hal ini terjadi setelah pertengkaran hebat kedua orang tua, pasien melihat ayahnya tak segan-segan  memukul ibu pasien. Setelah itu pasien sering mengalami kejang di sekolah ataupun di rumah namun dengan durasi waktu yang lebih sebentar. Pada tnggal 19 februari pasien di rawat inap di RS DKT karena demam dan kejang  setelah diperiksa labortatorium pasien menderita penyakit malaria.
Pada tanggal 21 februari pasien keluar dari rumah sakit . Dan  setelah seminggu kemudian pasien tidak bisa berjalan kemudian dibawa kembali ke RS DKT, di rumah sakit pasien diberikan suntik neorobion setelah diperiksa tidak gangguan pada fungsi fisiologis ataupun anatomis pada pasien, ayah pasien memberikan ancaman bahwa kaki pasien akan di potong oleh dokter dan sang ayah ingin membantu dokter untuk memotong kakidengan menggunakan parang  pasien hal ini memicu pertengkaran dengan Ibu pasien hal ini membuat pasien terdiam dan  kejang kembali , 4 jam kemudian pasien kembali bisa berjalan dan keluar dari RS . Pada tanggal 9 Maret pasien sekeluarga pergi ke tapanuli karena paman dari ayah pasien meninggal, diperjalanan pasien kembali kejang-kejang dan dibawa ke rumah sakit swasta dan didiagnosis sakit tifus.
Menurut ibu pasien, pasien memang sangat dekat dengan neneknya, selalu ingin bertemu dengan nenek, setiap kedua orang tua bertengkar sang ayah selalu mengatakan bahwa nenek pasien meninggal saja, hal ini membuat teresia selalu menangis mengambil foto neneknya.
Pertengkaran dirumah tangga terjadi sejak lama sebelum mereka memiliki anak. Dan pertengkaran tadi sering di depan anak-anak, ayah pasien juga tidak segan untuk memukul ibu pasien dan berbicara kasar dan kotor terhadap anak-anak.
Pasien merupakan anak yang paling sensitif dan paling peka, pasien sering mengeluh malu, tidak konsentrasi belajar dan sangat tidak suka melihat kedua orang tuanya bertengkar. Pasien tidak menyukai makanan-makanan seperti babi,darah karena pasien mengikuti pemahaman  nenek dari pihak ibu yang tidak mengkonsumsi makan tersebut terkait dengan ajaran agamanya.
Menurut ibu pasien, pasien adalah anak yang suka rajin dan penyayang pada keluarga, pasien memang jarang membawa temannya kerumah atau sekedar bermain dirumah, pasien pernah bicara pada ibunya kenapa kita berbeda dengan yang lain, namun ibu pasien tidak terlalu mengerti maksud pasien dan tidak menanyakan lebih lanjut.
Pasien dapat melakukan aktvitas sehari-hari seperti mandi dan makan secara mandiri. Seperti sebelum pasien mengalami gangguan.
Menurut pendapat ayah pasien seperti ini karena gizi pasien yang tidak tercukupi sehingga kondisi fisiknya lemah, pasien tidak menyukai makanan daging-daging dan pilih-pilih makanan.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah memiliki gangguan psikiatri sebelumnya, pasien belum pernah berobat ke rumah sakit jiwa maupun ke psikiater.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien pernah dirawat di RS karena Malaria dan tifus pasien juga sering mengalami kejang-kejang.  
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Riwayat mengkonsumsi alkohol, rokok, dan narkoba tidak ada.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat pranatal
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal ditolong bidan dirumah. Selama kehamilan ibu pasien sering mengontrol kehamilannnya dengan bidan di posyandu. Tapi ketika hendak melahirkan ibu pasien  ingin melahirkan dengan ibu kandungnya di medan namun hal ini dilarang oleh keluarga dan adat suami, sehingga pasien merasa sangat sedih.
b. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Pasien minum ASI dan susu formula sejak 0 bulan sampai usia 2 tahun.
Tumbuh kembang anak normal (berjalan, berbicara, perkembangan bahasa,toilet training) sesuai dengan perkembangan anak normal lainnya.
    Kepribadian sewaktu kecil : seperti anak seumurannya yang suka bermain.


c. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien berkembang menjadi anak yang penyayang, dan sangat peduli dengan saudara-saudaranya, namun tidak memiliki banyak teman karena sering pindah sekolah, pindah SD 2 kali, pasien lebih suka bermain bersama saudarinya di rumah.
d. Riwayat masa remaja
di sekolahnya pasien tidak memiliki banyak teman karena sudah pernah pindah sekolah 1 kali, pasien jarang pergi bermain dan belajar kelompok dengan teman-temannya. Pasien lebih suka bermain dan menghabiskan waktu di rumah. Pasien memiliki prestasi dalam bidang olahraga yaitu tekwondo. Pasien tidak memiliki pacar karena orang tua tidak mengizinkan untuk berpacaran semasa pendidikan.
e. Riwayat pendidikan
Pasien pernah pindah sekolah 2kali 1 kali di SD dan 1 kali SMP dan mendapatkan rangking 15 besar selama sekolah. Dan sekarang pasien cuti bersekolah untuk sementara waktu.
f. Riwayat pekerjaan
seorang pelajar
g. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah dan belum memiliki anak
h. Riwayat kehidupan beragama
Pasien  beragama nasrani.
i. Riwayat Psikoseksual
Pasien belum pernah menikah. Pasien belum pernah pacaran hingga sekarang. Dan pasien tidak pernah melakukan tindakan seksual dan pasien kurang bergaul dengan tetangga pasien lebih suka bermain dirumah dengan saudara-saudaranya.
j. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat dalam masalah hukum


k. Aktivitas sosial
Pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tetangga. Pasien jarang keluar rumah, dan jarang bermain dengan teman-teman sekitar rumah ataupun teman satu sekolah
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pasien memiliki 1 kakak perempuan dan 2 orang adik perempuan. Kedua orang tua pasien sering bertengkar baik masalah kepercayaan dan hal-hal kecil dirumah. Pasien tinggal dengan kedua orang tua di asrama  korem, pasien dekat dengan ibu pasien dan adik no 3 pasien. Ayah pasien mendidik keras anak-naknya karena ayah pasien merupakan TNI. Pasien merupakan anak yang diandalkan oleh kedua orang tuanya, karena kakak pasien mengalami retardasi mental.

                               
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien sekarang tinggal di reumahan korem, lingkungan perumahan yang kondusif, tidak padat, pasien tinggal bersama kedua orang tua dan 3 orang saudarinya. Pasien hidup dengan sederhana, kondisi rumah yang sedikit pengap dan berantakan. Pasien diperhatikan oleh ibu untuk kontrol minum obat pasien. Pasien dengan saudarinya akur dan akrab. Pasien berobat menggunakan BPJS Tingkat 1.

G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya
Pasien tidak merasa sakit dan tidak memerlukan pertolongan dan pengobatan.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan di rumah pasien pada tanggal 29 maret 2015, hasil pemeriksaan ini menggambarkan situasi keadaan pasien saat home visit.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan berusia 16  tahun, paras sesuai umur dengan postur tubuh yang astenikus (kurus), kesan gizi pasien cukup. Rambut pasien pendek sebahu, dan tampak  kusut,  dikuncir, dengan poni yang dipotong pendek tidak terlalu rapi. menggunakan baju bewarna coklat dan celana hitam. Kuku pasien bersih dipotong, tidak menggunakan kutex. Penampilan keseluruhan pasien tampak  kusut dan tidak rapi .Pasien tampak gelisah,  tidak tenang dan bergumam tidak jelas.
2. Kesadaran
Kompos mentis, secara kualitas berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
Kuantitas : Pasien dapat menjawab semua pertanyaan tapi dapat mengungkapkan isi hatinya dengan tulisan.
Kualitas : pasien menyambung jika ditanya, dan menjawab pertanyaan dengan spontan secara tertulis , namun ada beberapa pertanyaan yang menyangkut ayah pasien selalu menuliskan tidak tau.
Ada hendaya berbahasa, pasien kesulitan berbicara

5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kurang kooperatif, kontak mata tidak adekuat. Pasien sering kali menjawab pertanyaan tidak melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat menjawab pertanyaan secara tertulis  dengan baik.
B. Keadaan Afektif
a. Mood : Eutimik
b. Afek : meluas  
c. Keserasian : serasi
C. Gangguan Persepsi
- Halusinasi auditorik tidak ada.
- Halusinasi visual tidak ada
D. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : autistik
2. Arus pikir
3. - Produktivitas   : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan dengan tulisan.
4. - Kontinuitas : Koheren
5. Hendaya berbahasa : terdapat hendaya berbahasa.
E. Fungsi Intelektual / Kognitif
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
1. Taraf pendidikan  :Pasien kelas 2 SMP
2. Pengetahuan Umum : Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat siapa presiden Indonesia, dapat menjawab beberapa soal matematika dan IPA.
3. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien Baik , pasien dapat mengurangkan angka 7 dikurang 100, pasien juga bisa mengalikan angka seperti 4x3 atau 7x7.
Perhatian pasien cukup, pasien bisa bisa mengikuti wawancara dengan baik namun sesekali pasien melirik ke arah tertentu.
4. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat sore hari
b. Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada dirumahnya, diruang tamu.
c. Orang : Cukup , pasien mengetahui siapa saja saudaranya, siapa saja yang tinggal serumah dengannya, dan mengetahui sedang diwawancara oleh siapa namun pasien tidak mengenali ayah kandungnya.
d. Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan  wawancara.
F. Daya Ingat
a. Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah SD
b. Daya ingat jangka menengah : Baik, pasien dapat mengingat kapan berkunjung ketempat nenek.
c. Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat sarapan apa tadi.
d. Daya ingat segera : Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa dan dapat menunjan mengulang benda-benda yang tadi ditanyakan sebelumnya. Seperti meja, kursi dan gelas.
e. Kemampuan baca tulis: baik
f. Kemampuan visuospatial: baik
g. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan persamaan apel dan pir, pribahasa.
h. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat melakukan perawatan diri sehari- hari secara mandiri seperti mandi, makan, minum, dan melakukan pekerjaan rumah sendiri, dan dapat menjawab perumpaan situasi yang dibuat oleh pemeriksa.
G. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai realitas pasien juga baik.
a. Pengendalian impuls pasien
baik, selama wawancara dapat mengontrol emosinya dengan baik (tidak mengamuk atau menangis)

b. Persepsi pasien tentang dirinya dan kehidupannya
Pasien berkeinginan meiliki banyak talenta seperti bernyanyi, menari, tekwondo, pemain film.
c. Tilikan
Tilikan derajat 1
H. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata dengan jujur mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga dengan keterangan dari ibu pasien yang menceritakan kejadian yang serupa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
b. KU : Tampak Sehat
c. Sensorium : CM   (GCS: E4 V5 M6)
d. Vital Sign
e. TD : 110/70 mmHg
f. Nadi : 78 x/menit
g. RR : 21 x/menit
h. Suhu : 36,5 oC
b. Status Internus
1. Kepala : bulat, dalam bentuk normal, tidak ada benjolan atau deformitas, Rambut : kasar, agak keriting dan berwarna sedikit pirang.
2. Mata : bentuk bulat, tidak ada gangguan atau deformitas.
3. Hidung : agak mancung, tidak ada deformitas atau kelainan, maupun sekret.
4. Mulut : bibir atas tipis dan bagian bawah tebal.
5. Telingan : normal
6. Leher: normal tidak ada deformitas, perbesaran tiroid atau pun tidak ada peningkatan JVP


Thorax Tidak terdapat scar, simetris kiri dan kanan
Paru I Pernapasan Statis-Dinamis kiri = kanan.
P Tidak dilakukan
P Dalam batas normal
A Dalam batas normal
Jantung I iktus kordis tidak  terlihat
P Tidak dilakukan
P Tidak dilakukan
A Bunyi jantung normal
Abdomen I Datar, tampak benjolan (-)
A Bising usus (+)
P Timpani (+) di seluruh regio abdomen
P Nyeri tekan di reg epigastrium
Ektrimitas Pitting edema (-/-) pada ekstrimitas, akral teraba hangat.
i. Status Neurologis
1. Saraf kranial : dalam batas normal
2. Saraf motorik : dalam batas normal
3. Sensibilitas : dalam batas normal
4. Susunan saraf vegetatif : dalam batas normal
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
- disarankan untuk melakukan pemeriksaan neorologi.
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
• Perempuan 16 tahun, belum menikah, pelajar, tinggal dirumah orang tua bersama adik dan kakaknya.
• Penampilan rapi , perawatan diri pasien baik
• Riwayat stressor : pertengkaran kedua orang tua dan sering di ejek dan ganggu teman-temannya.
• Pasien kurang kooperatif, kontak mata inadekuat, pembicaraan pasien koheren.
• Mood pasien eutimik, afek pasien meluas dan serasi
• Keluhan pertama kali muncul 6 bulan yang lalu kejang-kejang dan 2 minggu yang lalu tidak dapat berbicara dan tidak mengenali ayahnya.
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• Aksis I
F.44.4  Ganguan motorik disosiasi
• Aksis II
Diagnosis tertunda
• Aksis III
Paseien memiliki riwayat kejang, malaria dan tifus.
• Aksis IV
Pertengkaran orang tua dan sering di ejek dan ganggu oleh teman sekolahnya
• Aksis V
GAF scale 60 – 51
VII. PROGNOSIS
• Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad malam
• Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas sebagai berikut :
• Quo Ad Vitam : Ad bonam
• Quo Ad Functionam : Ad malam
• Quo Ad Sanationam : Dubia Ad malam
VIII. Terapi
• Psikofarmaka
Sertalin
• Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif, dan terapi kognitif-perilaku.
- Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien terhadap stres. Hal ini dilakukan mengingat toleransi (kemampuan) pasien mengahadapi stres (tekanan, kecewa, frustasi) rendah. Selain itu pasien mudah stres, mengurung diri dikamar, tidak mau makan dan minum bila ada masalah. Perlu diadakannya terapi untuk meningkatkan kemampuan pengendalian diri dan menghadapi masalah.
- Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan insight (pengetahuan pasien) terhadap penyakitnya serta mengembangkan kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu juga meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
- Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik nirsadar dengan usaha untuk mecapai perubahan struktur luas kepribadian. Membangun kembali kepercayaan diri pasien, menjelaskan kepada pasien bahwa pasien memiliki bakat Menolak semua pikiran negatif mengenai dirinya, dan menyarankan untuk tidak menghiraukan suara halusinasi yang menggganggu tersebut. Menyarankan pasien untuk ikut kegiatan arisan, atau pengajian di mesjid untuk bisa lebih berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah.
Edukasi
o Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stresor.
o Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain itu kembali menyibukan diri seperti aktivitas dulu, kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan, jangan menyimpan emosi, bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Secara umum diartikan adanya kehilangan sebagian atau keseluruhan dari integrasi normal (dibawah kendali sadar) meliputi ingatan masa lalu ,kesadaarn identitas dan peng-indraan-an segera sertacontril terhadap tubuh.

B. Epidemiologi
Prevalensi 1 berbanding 10.000 kasus dalam populasi, hal ini berpengaruh dari kemampuan ahli dalam menegakan diagnosis , mayoritas yang mengalami gangguan disosiasi adalah wanita yaitu 90%.

C. ETIOLOGI

Belum diketahui secara pasti, namun menurut studi banyak ditemukan akibat trauma masa lalu,dan pada kondisi stress.
Bisa berupa ;
Pelecehan seksual, pelecehan fisik, kekerasan dalam rumah tangga, lingkungan yang memperlihatkan kekerasan.

D. Diagnosis
Menurut PPDGJ-III  diagnosis untuk gangguan disosiatif (konversi)
1. Gejala utama : kehilangan dari integritas normal antara :
a. Ingatan masa lalu
b. Kesadaran identitas dan pengindraan segera ( awwernes of identity and immediate sensations)
c. Kontrol terhadap gerakan tubuh.
Pada Gangguan disosiasi , kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selestif tersebut terganggu sampai taraf yang berlangsung dari jam-jam bahkan hari ke hari.






   Pedoman diagnosis
1. Gambaran klinis yang ditentukan untuk gangguan tercantum pada F44
2. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-gejala tersebut
3. Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk berhubungan kurun waktu yang jelas dengan problem dan kejadian-kejadian yang stressful tau hubungan inter personal yang terganggu.
F44.4 gangguan motorik disosiasi  :
1. Bentuk yang paling umum dari gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk mengerakan seluruh tubuh atau sebagian dari anggota gerak.
2. Gejala tersebut seringkali mengambarkan konsep dari penderitaan ymengenai gangguan fisik yang berbeda dengan prinsip fisiologi ataupun anatomik.

















BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara, tidak ditemukan kelainan fisik yang berhubungan dengan gejala-gejala psikiatrik yang dialami pasien, seperti riwayat trauma atau gangguan otak.  Dengan demikian, diagnosis banding gangguan mental organik (F0) dapat disingkirkan.
Selain itu, tidak ditemukan riwayat konsumsi alkohol,merokok dan zat psikoafektif. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan mental akibat penggunaan zat (F1) dapat disingkirkan.
Melalui hasil wawancara, ditemukan tidak  adanya gangguan psikotik yang muncul. Namun untuk halusinasi masih perlu digali lebih lanjut lagi apakah itu merupakan ganggaun psikotik atau hanya imajinasi yang dibuat pasien.
Pasien mengalami gangguan bicara dan sering mengalami kejang bahkan pernah lumpuh beberapa jam.

Untuk pengobatan diberikan anti anxietas dan anti depresan..

Pengobatan alternatif ;
1. Hipnosis  sugesti dan relaksasi dan tenang dalam pikiran
2. Psikoterapi terapi bicara, konseling dan terapi sosial
3. Terapi kognitivi

Diagnosis banding :
F68.1 Kesenjangan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas baik fisik maupun psikologis ( gangguan buatan)






































DAFTAR PUSTAKA

1. Abrams, DJ., Rojas, DC., Arciniegas, DB. 2008. Is Schizoaffective disorder a distinct clinical condition?. Journal of Neuropsychiatric Disease and Treatment, 4(6) 1089–1109
2. Brannon GE, MD. 2012. Schizoaffective Disorder.
3. Ishizuka K, Paek M, Kamiya A, et al. 2006. A review of Disrupted-In-Schizophrenia-1 (DISC1): neurodevelopment, cognition, and mental conditions. Biol Psychiatry, 59:1189–97.
4. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya
5. Maslim R. (editor). 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari  PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
6. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
7. Smith MJ., Wang L., Cronenwett W., Mamah D., Barch DM., Csernansky JG. 2011. Thalamic Morphology in Schizophrenia and Schizoaffective Disorder. J Psychiatr Res. 45(3): 378–385.
8. Albers J L, Hahn RK, Reist C. Handbook of Psychiatric Drugs. 2005 edition. Current Clinical Strategies Publishing.

muthi'ah ramadhani agus

Posts : 9
Reputation : 0
Join date : 30.04.15

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik