Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Refrat Retardasi Mental

Go down

Refrat Retardasi Mental Empty Refrat Retardasi Mental

Post by Reza Rahmadinata Mon Dec 07, 2015 10:32 pm

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup, diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini.1 Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun postnatal. Mengingat beratnya beban keluarga maupun masyarakat yang harus ditanggung dalam penatalaksanaan retardasi mental, maka pencegahan yang efektif merupakan pilihan  terbaik.2,3
Pada zaman dahulu orang tidak begitu membedakan antara deformitas fisik bawaan seperti kerdil dan lain-lain dengan retardasi mental. Penderita epilepsi, psikosis, tuna rungu-wicara sering dicampuradukkan dengan mereka yang terganggu intelektualnya. Pada kenyataannya memang keadaan-keadaan tersebut sering menyertai penderita retardasi mental, sehingga menyulitkan untuk membuat diagnosis klinis. Pada masa kerajaan Yunani di bawah hukum Lycurgus anak dengan retardasi mental mengalami perlakuan yang sangat mengenaskan, yang dibolehkan  untuk dimusnahkan, atau dibuang di sungai Eurotes. Di Romawi kuno ada hukum yang membenarkan pembunuhan pada anak-anak yang cacat atau yang lemah, walaupun kadang-kadang anak cacat tersebut masih dipertahankan hidup bila masih mampu menghibur para pembesar. Prevalensi retardasi mental pada satu waktu diperkirakan sekitar 1 persen dari populasi. Insiden retardasi mental sulit dihitung karena retardasi mental ringan kadang-kadang tidak dikenali hingga masa kanak-kanak pertengahan. Pada beberapa kasus, meskipun fungsi intelektual terbatas, kemampuan adaptif yang baik terganggu, sampai masa kanak akhir atau masa remaja awal, insiden tertinggi pada anak usia sekolah, dengan usia puncak 10 hingga 14 tahun. Retardasi mental kira-kira lebih sering pada laki-laki sekitar 1,5 kali dibanding perempuan. Pada lansia, prevalensinya rendah, orang dengan retardasi mental berat memiliki angka mortalitas tinggi akibat komplikasi gangguan fisik yang terkait. Survey epidemiologis menunjukan bahwa hingga dua pertiga anak dan orang dewasa dengan retardasi mental memiliki gangguan mental komorbid; angka beberapa kali lebih tinggi dibandingkan pada sampel komunitas yang tidak mengalami retardasi mental. Prevalensi psikopatologi tampaknya terkait dengan drajat tretardasi mental, Studi epidemiologi terkini menunjukan bahwa 40,7 persen anak berusia 4 dan 18 tahun yang memiliki disabilitas intelektual memenuhi keriteria sedikitnya satu gangguan psikiatri. Keparahan retardasi berdampak pada jenis gangguan psikiatri. Mereka yang memiliki retardasi mental berat lebih kecil kemungkinnya untuk menunjukan gejala psikiatri.5
Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas retardasi mental secara umum, dan akan dibahas tentang definisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis serta tatalaksana serta pencegahan retardasi mental. Gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan. Menurut definisi ini penurunan fungsi intelektual yang bermakna berarti pada pengukuran uji intelegensia berada pada dua deviasi standar di bawah rata-rata. Berdasarkan  kriteria ini ternyata kurang dari 3% populasi yang dapat digolongkan sebagai retardasi mental. Periode perkembangan menurut definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 18 tahun. Gangguan adaptasi sosial menurut definisi ini secara langsung disebabkan oleh penurunan fungsi intelektual.4,7,8












BAB  II
PEMBAHASAN


A. Defenisi
American Association on Mental Defeciency (AAMD) membuat definisi retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan. Penurunan fungsi intelektual secara umum menurut definisi Rick Heber diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata. Periode perkembangan mental menurut definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun. Gangguan daptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual. Menurut definisi ini tidak ada kriteria bahwa retardasi mental tidak dapat diperbaiki seperti definisi retardasi mental sebelumnya.4,7,8

Banyak pakar menyatakan bahwa definisi ini terlalu liberal, karena dengan batasan tes intelegensia di bawah satu deviasi standar (1 SD) terdapat hampir 16% dari populasi dapat digolongkan sebagai retardasi mental.2 Pada tahun 1973 melalui Manual on Terminology and Classfication in Mental Retardation Grossman merevisi definisi Heber tersebut. Menurut Grossman retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan. Menurut definisi ini penurunan fungsi intelektual yang bermakna berarti pada pengukuran uji intelegensia berada pada dua deviasi standar di bawah rata-rata. Berdasarkan kriteria ini ternyata kurang dari 3% populasi yang dapat digolongkan sebagai retardasi mental. Periode perkembangan menurut definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 18 tahun. Gangguan adaptasi sosial menurut definisi ini secara langsung disebabkan oleh penurunan fungsi intelektual.4,7,8

      Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) tahun 2002, retardasi mental adalah suatu disability yang ditandai dengan suatu limitasi/ keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun prilaku adaptif yang diekspresikan dalam keterampilan  konseptual, sosial dan praktis. Keadaan ini terjadi sebelum usia 18 tahun.
AAMR menggunakan suatu pendekatan multi dimensional atau biopsikososial yang mencakup 5 dimensi yaitu:
- Kemampuan intelektual
- Prilaku adaptif
- Partisipasi, interaksi dan peran sosial
- Kesehatan fisik dan mental
- Konteks : termasuk budaya dan lingkungan.
B.Klasifikasi
Uji intelegensia pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog Perancis yang bernama Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1900. Pada tahun 1916 Dr Lewis Terman mengadaptasi pemeriksaan intelegensia berdasarkan skala Binet tersebut di Stanford University. Saat ini uji intelegensia tersebut dinamakan Stanford Binet Intelligence Scale yang sudah direvisi 4 kali yaitu tahun 1937, 1960, 1973, dan 1986.4,9,10
William Stern pada tahun 1912 membuat konsep intelligence quotient (IQ) sebagai suatu perbandingan antara mental age (MA) dan chronological age (CA) 4,5,101,
Pada tahun 1939 David Wechsler mempublikasikan suatu tes intelegensia yang mengukur fungsi intelektual yang lebih global. Uji ini kemudian disebut Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) yang kemudian direvisi tahun 1976 dan disebut Wechsler Intelligence Scale for Children Revised (WISC-R), dan direvisi kembali tahun 1990 yang disebut WISC third edition (WISC-III). Uji intelegensia tersebut dipakai untuk anak umur 6-16 tahun.4,5,10 Pada tahun 1966 dipublikasikan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) yang kemudian direvisi tahun 1989 disebut WPPSI-R, untuk anak umur 4-61/2 tahun. Berdasarkan diagnosis DSM IV-TR retardasi mental dibagi menjadi:1,4,5,10,17
• Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-55 sampai 70
• Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-40 sampai 50-55
• Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20- 25 sampai 30-40
• Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20 atau 25
• Retardasi mental tidak tergolongkan bila tidak dapat dilakukan pemeriksaan IQ
Tabel 1. Tingkat intelegensi (patokan sosial didasarkan atas keadaan masyarakat yang normal)18
Nama IQ Tingkat Patokan sosial Patokan pendidikan
Sangat superior  130 Tinggi sekali Genious Terlalu pandai buat sekolah biasa
Superior 110-130 Tinggi Dapat berfungsi biasa Dapat menyelesaikan perguruan tinggi dengan mudah
Normal 86-109 Normal Dapat berfungsi biasa Dapat menyelesaikan SLTA, dan sedikit kesukaran dalam perguruan tinggi
Keadaan bodoh 65-85 Taraf perbatasan Tidak sanggup bersaing dan mencari nafkah Beberapa kali tidak naik kelas di SD
Debilitas (keadaan tolol) 52-85 Retardasi mental ringan Dapat mencari nafkah sederhana dalam kedaan baik Dapat dididik dan dilatih disekolah khusus
Imbesilitas (keadaan dungu) 36-51

20-35 Retardasi mental sedang
Retardasi mental berat Mengenal bahaya, tidak dapat mencari nafkah Tidak dapat dididik, dapat dilatih
Idiosi (keadaan Pandir) < 20 Retardasi mental sangat berat Tidak mengenal bahaya, tidak dapat menggurus diri sendiri Tidak dapat dididik dan dilatih

Menurut diagnosis
1.Retardasi mental ringan
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.1,4,17

2.Retardasi mental sedang
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasardasar membaca, menulis dan berhitung.1,4,17

3. Retardasi mental berat
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaranklinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.1,4,17

4. Retardasi mental sangat berat
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.1,4,17
Tabel 2. Ciri-ciri perkembangan penderita retardasi mental 18
Tingakat Retardasi Mental Usia pra sekolah: 0-5 tahun
pematangan dan perkembangan. Umur sekolah: 6-20 tahun
latihan dan pendidikan Masa dewas: 21 tahun atau lebih
Kecukupan sosial dan pekerjaan
Berat Sekali Retardasi berat; kemampuan minimal untuk berfungsi dalambidang sensoris-motorik; membutuhkan perawatan Perkembangan motorik sedikit; dapat bereaksi latihan mengurus sendiri secara minimal atau terbatas Perkembangan motorik dan bicara sedikit: dapat mencapai mengurus diri sendiri secara sangat terbatas: membuthkan perawatan
Berat Perkembangan motorik kurang, bicara minimal, tak dapat dilatih, keterampilan komunikasi tidak ada atau hanya sedikit sekali Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, dapat dilatih dalam kebiasaan kesehatan dasar, dapat dilatih secara sistematik dalam kebiasaan Dapat mencapai sebagian dalam mengurus diri sendiri dibawah pengawasan penuh,dapat mengembangkan secara minimal, berguna keterampilan menjaga diri dalam lingkunga terkontrol
Sedang Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, kesadaran sosial kurang,perkembangan motorik cuckup, dapat belajar mengurus diri sendiri, dapat diatur pengawasan sedang. Dapat dilatih dalam keterampilan sosial dan pekerjaan, sukar untuk maju lewat kelas 2 SD dalam mata pelajaran akademik, dapat belajar berpergian sendiri ditempat yang sudah diketahui. Dapat mencari nafkah dalampekerjaan kasar atau setengah terlatih dalam keadaan yang terlindung, memerlukan pengawasan dan bimbingan bila mengalami sters sosial  atau stres ekonomi yang ringan
Ringan Dapat mengembangkan ketermpilan sosial dan komunikasi, keterbelakangan minimal dalam bidang sensorimotorik, sering tidak dapat dibedakan dari normal hingga usia lebih tua Dapat belajar keterampilan akademik sampai kira-kira 6 padaumur belasan tahun (dekat usia 20 tahun) dapat dibimbing kearah konformitas sosial. Biasanya dapat mencapi keterampilan sosial dan pekerjaan yang cukup untuk mencari nafkah, tetapi memerlukan bimbingan dan bantuan bila mengalami stres sosial atau stres ekonomi yang luar biasa.

C. Etiologi
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang seorang anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis besarnya adalah faktor genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang.
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:2,4,7,8
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.2,3
Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
1. Penyebab pranatal
• Kelainan kromosom
• Kelainan genetik /herediter
• Gangguan metabolik
• Sindrom dismorfik
• Infeksi intrauterin
• Intoksikasi

2. Penyebab perinatal
• Prematuritas
• Asfiksia
• Kernikterus
• Hipoglikemia
• Meningitis
• Hidrosefalus
• Perdarahan intraventrikular

3. Penyebab postnatal
• Infeksi (meningitis, ensefalitis)
• Trauma
• Kejang lama
• Intoksikasi (timah hitam, merkuri)

Kelainan kromosom
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah sindrom Down. Disebut demikian karena Langdon Down pada tahun 1866 untuk pertama kali menulis tentang gangguan ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan seperti mongol dan menunjukkan keterbelakangan mental seperti idiot. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena sebagian besar dari golongan ini termasuk retardasi mental sedang. Sindrom Down merupakan 10-32% dari penderita retardasi mental.

Diperkirakan insidens dari sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Risiko timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom Down. Analisis kromosom pada sindrom down 95% menunjukkan trisomi –21, sedangkan 5% sisanya merupakan mosaik dan translokasi .3,4,11 Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai retardasi mental adalah trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-du chat, sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner. Berdasarkan pengamatan ternyata kromatin seks, yang merupakan kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih banyak ditemukan di antara penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal. Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada laki-laki memberi pengaruh tidak baik pada kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan kriminalitas.3,11,12

Kelainan kromosom-X yang cukup sering menimbulkan retardasi mental adalah Fragile-X syndrome, yang merupakan kelainan kromosom-X pada band q27. Kelainan ini merupakan X-linked, dibawa oleh ibu. Penampilan klinis yang khas pada kelainan ini adalah dahi yang tinggi, rahang bawah yang besar, telinga panjang, dan pembesaran testis. Diperkirakan prevalens retardasi mental yang disebabkan fragile-X syndrome pada populasi anak usia sekolah adalah 1 : 2610 pada laki-laki, dan 1: 4221 pada perempuan.3,12

Kelainan metabolik
Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi mental adalah Phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolik dimana tubuh tidak mampu mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata lebih besar dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1. Kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Diperkirakan insidens PKU adalah 1:12 000-15 000 kelahiran hidup. Penderita retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong retardasi mental berat dan 33,3% retardasi mental sedang.1,3,4

Galaktosemia adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat disebabkan karena tubuh tidak mampu menggunakan galaktosa yang dimakan. Dengan diet bebas galaktosa bayi akan bertambah berat badannya dan fungsi hati akan membaik, tetapi menurut beberapa penulis perkembangan mental tidak mengalami perubahan.1,3,4

Penyakit Tay-Sachs atau infantile amaurotic idiocy adalah suatu gangguan metabolisme lemak, dimana tubuh tidak bisa mengubah zat-zat pralipid menjadi lipid yang diperlukan oleh sel-sel otak. Manifestasi klinis adalah nistagmus, atrofi nervus optikus, kebutaan, dan retardasi mental sangat berat.3,4

Hipotiroid kongenital adalah defisiensi hormon tiroid bawaan yang disebabkan oleh berbagai faktor (agenesis kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH atau TRH, defek pada produksi hormon tiroid). Kadang-kadang gejala klinis tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu kemudian, padahal diagnosis dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau paling tidak meringankan derajat retardasi mental. Gejala klasik hipotiroid kongenital pada minggu pertama setelah lahir adalah miksedema, lidah yang tebal dan  menonjol, suara tangis yang serak karena edema pita suara, hipotoni, konstipasi, bradikardi, hernia umbilikalis. Prevalens hipotiroid kongenital berkisar 1:4000 neonatus di seluruh dunia.1,13

Defisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi mental baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju. Diperkirakan 600 juta sampai 1 milyar penduduk dunia mempunyai risiko defisiensi yodium, terutama di negara sedang berkembang. Penelitian WHO mendapatkan 710 juta penduduk Asia, 227 juta Afrika, 60 juta Amerika Latin, dan 20-30 juta Eropa mempunyai risiko defisiensi yodium. Akibat defisiensi yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada ibu hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini timbul bila asupan yodium ibu hamil kurang dari 20 ug ( normal 80-150 ug) per hari. Dalam bentuk yang berat kelainan ini disebut juga kretinisme, dengan manisfestasi klinis  adalah miksedema, kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis, dan retardasi mental berat. Di daerah endemis, 1 dari 10 neonatus mengalami retardasi mental karena defisiensi yodium.1,13

Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan anomali pada janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi timbul pada triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital adalah berat lahir  rendah, katarak, penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental.1,3,4

Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil tetapi dapat memberi dampak serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi klinis antara lain hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan retardasi mental.

Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan intoksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang mengandung alkohol, terutama pada triwulan pertama. Di negara Amerika Serikat FAS merupakan penyebab tersering dari retardasi mental setelahsindrom Down. Insidens FAS berkisar antara 1-3 kasus per 1000 kelahiran hidup. Pada populasi wanita peminum minuman keras insidens FAS sangat  meningkat yaitu 21-83 kasus per 1000 kelahiran hidup, padahal di Eropa dan Amerika 8% wanita merupakan peminum minuman keras.1,4,14

Penyebab Perinatal
Koch menulis bahwa 15-20% dari anak retardasi mental disebabkan karena prematuritas. Penelitian dengan 455 bayi dengan berat lahir 1250 g atau kurang menunjukkan bahwa 85% dapat  mempelihatkan perkembangan fisis rata-rata, dan 90% memperlihatkan perkembangan mental rata-rata. Penelitian pada 73 bayi prematur dengan berat lahir 1000 g atau kurang menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-rata 94. Keadaan fisis anak-anak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai kelainan neurologis,dan gangguan mata. Penulis-penulis lain berpendapatbahwa semakin rendah berat lahirnya, semakin banyak kelainan yang dialami baik fisis maupun mental.1,3,4,15

Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan intraventrikular, kernikterus, meningitis dapat menimbulkan kerusakan otak yang ireversibel, dan merupakan penyebab timbulnya retardasi mental.3,15

Penyebab Postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.1,3,4

Etiologi pada Kelompok Sosio–Kultural
Proses psikososial dalam keluarga dapat merupakan salah satu penyebab retardasi mental. Sebenarnya bermacammacam sebab dapat bersatu untuk menimbulkanretardasi mental. Proses psikososial ini merupakan faktorpenting bagi retardasi mental tipe sosio-kultural, yang merupakan retardasi mental ringan.2,4

D. Diagnosis
Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinyaretardasi mental.1,4,5
Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia.4,5

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI.4,5

Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar.Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan motor dan bahasa.4,5

Berdasarkan PPDGJ-III pedoman diagnosis retardasi mental dapat dilihat sebagai berikut:19
1. F 70 Retardasi Mental ringan
Pedoman Diagnostik:
• Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat,  maka IQ 50-55 hingga 70.
• Pemahaman dan penggunaan bahasa  cenderung terlambat pada berbagai tingkat, dan masalah kemampuan bicara yang mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai usia dewasa.

2. F71 Retardasi Mental Sedang
Pedoman Diagnostik:
• Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat,  maka IQ 35-40 hingga 50-55
• Menunjukkan  penampilan kemampuan yang tidak sesuai, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan visiospatial daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa.

3. F72 Retardasi Mental Berat
Pedoman Diagnostik:
• Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat,  maka IQ 20-25 hingga 35-40.
• Pada umumny mirip dengan RM sedang dalam hal: Gambaran klinis, terdapatnya etiologi organik, kondisi yang menyertainya, tingkat prestasi yang rendah,.
• Kebanyakan penyandang  RM menderita ganguan motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dan SSP.

4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat
Pedoman Diagnostik:
• Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat,
• maka IQ < 20 / 25
• Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, kemampuan tertinggi hanya mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana
• Keterampilan visiospatial yang paling  dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat yang mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas rumah tangga dan praktis

5. F78 Retardasi Mental Lainya
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat RM dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu, tuli dan menderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya  tidak  mampu.

6. F79 Retardasi Mental YTT
Bila terdapat dugaan kuat adanya RM tetapi intelegensia orang tersebut tidak dapat diuji dengan standar





E. Tatalaksana
Pendekatan Etiologi
Misalnya menetapkan diet dini untuk pasien yang penyebabnya adalah fenilketonuria atau substansi hormon tioid untuk defesiensi hormon ini.

Tatalaksana Medis untuk gangguan fisik dan mental yang menyertai RM
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif.Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA).3,4,16

Pendidikan Yang Sesuai dengan Rehabilitasi
Retardasi mental adalah kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain dan kurangnya variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak.3

Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.3,4
Kerja sama terhadap orang tua dalam menghadapi pasien dengan retardasi mental selalu dibutuhkan. Biasanya  diagnosis Retardasi mental berat sudah dapat ditegakkan pada masa bayi, disamping itu anak tersebut mungkin menderita gannguan fisik atau cacat lainya sehingga masalah kesehatan yang dihadapi cukup parah.Dokter yang menghadapi pasien dengan Retardasi mental berat menghadapi tugas yang cukup berat karena haru menerangkan gangguan ini ke orang tua.
Diagnosis Retardasi mental ringan biasanya  ditegakkan ketika anak memasuki sekolah dasar. Orang tua biasanya telah memperhatikan terjadinya beberapa perlambatan dari perkembangan tetapi tidak menyadarinya. Diagnosis Retardasi mentalmeski ringan dapat menjadi stressor bagi orang tuadan mungkin dapat menimbulkan reaksi negatif untuk menerimanya.
Keadaan paling sulit pada masa remaja adalah perlunya remaja dan orang tua menyadari bahwa kesulitan kognitif yang dialami bersifat permanen. Tidak ada program pendidikan khusus apaupun yang dapat menggubah keadaan ini.
Berhubungan dengan keadaan tersebut pasien yang menderita RM cendrung mengalami berbagai macam psikopatologi yang terjadi karena keadaan dirinya sendiri maupun sebagai reaksi terhadap sikap orang tua dan lingkungan. Menurut penelitian kohort yang dilakukan oleh Stromme & Diseth pada tahun 2000 di norway dengan menggunakan ICD 10 Revision WHO 1992, pada penderita yang menggalami retardasi mental berat 42% dan pada mereka yang menderita retardasi mental ringan 32% menderita gangguan jiwa. Gannguan jiwa yang paling sering adalah gangguan perembangan pervasif dan hiperkinesis.Peran Psikiatri dalam retardasi mental dapat dijelaskan sebagai berikut:17

1. Memberikan pelayanan klinis kepada pasien yang menderita retardai mental setelah dilakukan pemeriksaan yang komprehensif.
2. Mencegah terjadinya komorbiditas dengan gangguan jiwa lainya dengan cara menegakkan diagnosis dini den memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga.
3. Menjadi anggota tim multidisplin yang mencoba penatalaksanaan komprehensif untuk pasien dan keluarganya.
4. Melakukan penelitian.

Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.1,3,4
• Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa
• Sekolah luar biasa C
• Panti khusus
• Pusat latihan kerja (sheltered workshop)
   
Prinsip pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum adalah:18
- Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.
- Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau anti sosial.
- Mengajarkan suatu keahlian agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.
Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi:18
Latihan dirumah : Pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri, kebersihan badan.
Latihan di sekolah : yang penting dalam hal ini adalah perkembangan rasional.
Latihan teknis : dibeikan sesuia dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial. Pada pria umpamanya peternakan, pertanian, percetakan. Pada wanita umumnya masak, menjahit.
Latihan moral: dari kecil anak anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik.

F. Pencegahan
Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental). Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi, trauma, intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan genetik.1,4,5,6


















BAB III
KESIMPULAN

Retardasi mental merupakan masalah bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Definisi retardasi mental harus mencakup bidang kognitif (intelegensia) dan adaptasi sosial yang timbul pada masa perkembangan. Klasifikasi retardasi mental dibagi menjadi:
• Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-55 sampai 70
• Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-40 sampai 50-55
• Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20- 25 sampai 30-40
• Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20 atau 25
• Retardasi mental tidak tergolongkan bila tidak dapat dilakukan pemeriksaan IQ
Mengingat besarnya beban yang ditanggung oleh penderita retardasi mental, keluarga, dan masyarakat maka pencegahan terhadap timbulnya retardasi mental dan diagnosis dini merupakan pilihan terbaik.


















DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Primary prevention of mental neurological and psychosocial disorders. Geneva, WHO 1998
2. Payne JS, Patton JR. Mental retardation. Columbus: Bell & Howell Company,1981.
3. Sularyo TS. Tumbuh kembang anak dengan minat khusus pada aspek pencegahan Tuna grahita. Disampaikan pada seminar sehari jangan sampai anakku tuna grahita, Jakarta, 21 November, 1992.
4. Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan retardasi mental. Disertasi. Surabaya: Universitas Airlangga, 1976.
5. Lumbantobing SM. Anak dengan mental terbelakang. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1997.
6. Kaplan dan Sadock.Buku Ajar Psikiatri Klinis.Jakarta;EGC.2010.
7. Valente M, Tarjan G. Etiology factors in mental retardation. Psychiatric Ann Repr 1974
8. Sidiarto LD. Tuna grahita ditinjau dari aspek neurologis. Disampaikan pada seminar sehari jangan sampai anakku tuna grahita, Jakarta, 21 November 1992.
9. Shelton JR. Theories of development and learning. Dalam: Wolraich ML, penyunting. Disorders of development learning a practical guide of assesment and management. Edisi ke-2. St. Louis, 1996.
10. Glascoe FP. Development screening. Dalam: Wolraich ML, penyunting. Disorders of development learning a practical guide of assesment and management. Edisi ke- 2. St. Louis, 1996.
11. Balarajan R, Raleigh VS, Botting B. Mortality from congenital malformations in England and Wales: variations by mother‘s country of birth. Arch Diss in Child 1989
12. Turner G, Robinson H, et al. Preventive screening for the fragile X syndrome. N Eng J Med 1986.
13. Fisher DA. The thyroid. Dalam: Kaplan SA, penyunting. Clinical pediatric endocrinology. Philadelphia: W B Saunders Co,1990.
14. Regier DA, Farmer ME, et al. Comorbidity of mental disorders with alcohol and other drug abuse, result from the epidemiologic catchment area (ECA) study. JAMA 1990;
15. Rydhstroem H. The relationship of birth weight and birth weight discordance to cerebral palsy or mental retardation later in life for twins weighing less than 2500 grams. Am J Obstet Gynecol 1995.
16. Simons JQ, Tymchuck AJ, Valente M. Treatment and care of the mentally retarded. A psychiatric ann repr 1974.
17. Elvira, Sylvia, Gitayanti H. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta; Badan Penerbit FKUI. 2010.
18. Maramis,W.F.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya; Airlangga University press.2005
19. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Inonesia. Jakarta. 1993.[/justify]

Reza Rahmadinata

Posts : 5
Reputation : 0
Join date : 18.09.15

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik