Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Episode Depresif Berulang tanpa Gejala Psikotik

Go down

Episode Depresif Berulang tanpa Gejala Psikotik Empty Episode Depresif Berulang tanpa Gejala Psikotik

Post by anggi ali Wed Sep 23, 2015 3:33 pm

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AD
Usia : 37tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 dari 7 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : S-1
Suku : Lembak
Status : Menikah
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Kota Bengkulu
Tanggal Pemeriksaan : 27/8/2015 pukul 11.00 WIB

II. Riwayat Psikiatri
A. Keluhan Utama
Mudah marah, merasa putus asa dan dikucilkan sejak +6 bulanterakhir.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Autoanamnesis:
Perempuan berusia 37 tahun, merupakan anak pertama dari tujuhbersaudara dan sudah menikah. Pasienmerupakan pasien baru di poli rawat jalan RSKJ Soeprapto Bengkulu tanggal 27 Agustus 2015. Selama 6 bulan terakhir ini pasien mengeluh menjadi mudah marah danbadan terasa lemas.Pasien mudah marah lalu tersinggung dan merasa dirinya tertekan oleh sesuatu hal. Pasien mudah marah dengan siapa saja terutama orang lain dari luar rumahnya seperti tamu dan keluarga lainnya.Pasien merasa hampir setiap orang yang membicarakan dirinya, terutama tentang keadaan keluarganya akhir-akhir ini. Setiap orang yang berbicara dengan pasien pun dirasakan seperti berbicara ke arah yang menyinggung keadaan rumah tangganya. Pasien lalu berusaha menghindar dari setiap orang yang ingin bercengkrama dengannya dan merasa bahwa beberapa orang dilingkungan sekitar rumahnya pun mulai mengucilkannya. Dikeluarga pasien, baik keluarga dari pihak besan maupun keluarga kandung, pasien merasakan bentuk perlakuan yang serupa yaitu pasien dikucilkan karena dianggap tidak mampu menjaga keutuhan rumah tangga dan asuhan optimal ke anak-anaknya.
Menurut pasien, awal dari masalah yang menimpa keluarganya tersebut adalah saat pasien melahirkan anak ke-2 sekitar 6 tahun yang lalu. Saat itu suami pasien mengalami masalah dalam pekerjaannya sebagai wiraswata(bengkel dan variasi motor) yang secara tidak langsung menyebabkan masalah perkenomian keluarga menjadi menurun. Keadaan ekonomi tersebut lalu berdampak pada pola asuh anak kedua pasien. Pasien mulai sibuk mencari uang tambahan demi memenuhi kebutuhan rumah tangga tetapi untuk mengasuh anak pasien lalai. Anaknya tersebut mengalami kejang demam hampir setiap harinya pada usia beberapa bulan namun tidak pernah dibawa berobat dan pasien menganggap hanya kejang demam biasa yang akan reda sendirinya. Setelah usia anak menginjak usia 3 tahun, pasien baru sadar akan keterlambatan tumbuh kembang anaknya yaitu belum bisa berjalan dan berbicara. Sejak saat itu pasien merasa sering cemas hingga sulit tidur. Ditambah dengan keluarga besan dan keluarga kandung pasien yang menyalahkan pasien atas keadaan anaknya tersebut. Suami pasien pun juga ikut menjatuhkan pasien didepan seluruh keluarganya. Akibatnya, pasien merasa bersalah, tidak berguna dan putus asa. Selanjutnya pasien mengaku sering terbangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi karena memikirkan masalah tersebut sepanjang hari. Pasien mulai cepat lesu, mudah letih dan kurang bersemangat. Pasien mulai jarang ke kantor (hanya 3-4 kali dalam sebulan) dan jarang berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
Selain itu pasien juga mengaku menjadi pelupaterhadap hal-hal yang dilakukan sebelumnya seperti lupa dimanameletakkan uang, lupa apakah sudah menaruh garam dimasakan dan lain-lain. Sehingga pasien sudah tidak dibiarkan untuk memasak dan melakukan kegiatan rumah tangga lainnya di rumahnya. Pasien juga seringkali merasa tidak tahan dengan kehidupannya saat ini yang dirasakan sangat berat dan juga pasien beberapa kali mengakui memiliki gagasan untuk bunuh diri.Pasien juga merasa putus asa dengan usaha yang dilakukan demi perbaikan tumbuh kembang anaknya karena tidak didukung oleh suami. Menurut pasien, suaminya hanya ingin pasien bersikap pasrah akan keadaan anaknya tersebut selanjutnya membiarkan takdir tuhan yang sudah ada.
Sekitar 2 minggu SMRS pasien mulai memikirkan untuk menelantarkan anak keduanya. Hal tersebut didasari tetap tidak adanya dukungan atas usaha yang dilakukan pasien selama beberapa tahun terakhir padahal menurut pasien perkembangan anaknya sudah cukup baik seperti sudah bisa melakukan aktivitas sendiri, mampu berjalan dan membaca, namun hanya kurang optimal dalam interaksi dengan lingkungan. Suami pasien masih saja melontarkan kata-kata kasar dan cacian seperti menuduh pasien berselingkuh dan melabeli pasien dengan kata pelacur, semakin membenci dirinya dan terus menerus memaki pasien dengan kata-kata kasar bahkan di depan semua orang. Pasien merasa sudah tidak ada harga diri, tidak berguna dalam keluarga dan dikucilkan oleh keluarga. Pasien memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Dalam 2 hari terakhir pasien merasakan konflik dalam batin untuk menentukan keputusan bunuh diri tersebut akan tetapi pasien menyadari bahwa dirinya sudah mengalami goncangan jiwa dan membutuhkan konsultasi kejiwaan. Pasien lalu mencoba berobat ke pengobatan rohani (rukiyah), mengikuti pengajian dan bertemu dengan psikiater.
Lebih kurang 8 bulan yang lalu pasien mengaku sempat merasakan energi yang sangat prima dalam dirinya. Pasien mengaku semangat dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari di rumah, aktif dalam kegiatan rukun tetangga, berpartisipasi dalam setiap kegiatan (arisan) ibu rumah tangga di lingkungan tempat tinggal, lebih rajin ke kantor hingga 4 hari dalam seminggu. Pasien mengaku seperti sanggup mengerjakan kegiatan-kegiatan tersebut, namun karena terlalu aktif berperan pasien mengaku beberapa perkerjaan yang dilaksanakannya tidak tuntas. Pasien mengaku pernah dimarahi oleh atasannya karena tidak tuntas dalam mengerjakan pekerjaan yang diembannya padahal hampir setiap pekerjaan disanggupi pasien untuk mengerjakannya. Pasien juga tidak memahami mengapa pasien semangat pada waktu itu padahal masalah keluarga yakni dengan suami, keluarga besan dan keluarga kandung pasien sudah ada sebelumnya. Pasien merasa bahwa dirinya bahagia, penuh semangat dan bersifat acuh tak acuh pada permasalahan yang ada. Rasa letih memang tetap ada, namun tidak berlarut-larut seperti yang dirasakan dalam 6 bulan terakhir.
Heteroanamnesis
Diperoleh dari anakpertama pasien,berusia 13 tahun, pelajar sekolah menegah pertama di kota Bengkulu,merupakan anggota keluarga terdekat pasien yang serumah dengannya. Dijelaskan bahwa pasien memang menjadi lebih sering marah dan tersinggung serta menjadi sulit tidur sejak 6 bulanterakhir. Selain itu pasien juga merasa cemas yang berlebihanserta badan terasa lemas. Pasien juga menjadi sering lupa untuk kegiatan seperti memasak, membersihkan rumah dan lainnya. Emosi pasien menjadi mudah naik terutama jika berhadapan dengan tamu atau orang lain yang bertamu ke rumahnya, baik yang merupakan keluarga pasien maupun tetangga yang sedang berkunjung ke rumahnya. Anak pasien mengaku saat ini ibunya sudah jarang bercengkrama dengan tetangga di sekitar rumah. Anak pasien mengakui ayah dan ibunya sering ribut bahkan terkadang ayahnya melemparkan sesuatu ke arah ibunya. Diakui bahwa ibunya beberapa minggu terakhir lebih sering melamun dan termenung, pengobatan adiknya juga sudah jarang dilakukan. Ibunya lebih memilih mengikuti kegiatan pengajian, yang diadakan setiap 2 kali dalam seminggu di masjid sekitar rumah. Anak pasien juga menyatakan hal yang sama terkait keadaan ibunya sekitar 8 bulan yang lalu. Ibunya lebih bersemangat, tetap ceria, dan jarang ada marah-marah. Walaupun ribut dengan ayahnya, pasien tetap bisa tersenyum, bercengkrama dengannya dan terus melanjutkan kegiatan harian seperti memasak, bersih-bersih rumah, berkunjung ke tetangga dan sebagainya. Hal tersebut berlangsung sekitar beberapa bulan kemudian pasien mulai tampak lesu dan kurang bersemangat lagi, lebih banyak berdiam diri di kamar dan tidak banyak berbincang-bincang dengannya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
 Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah memiliki gangguan psikiatri sebelumnya, pasien belum pernah berobat ke rumah sakit jiwa maupun ke psikiater sebelumnya.
 Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medis sebelumnya dan pasien belum pernah dirawat di rumah sakit.Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang dan demam sebelumnya.
 Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Riwayat mengkonsumsi alkohol, rokok, dan narkoba disangkal.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal
Pasien lupa, namun diakuipasien tidak ada masalah.
2. Riwayat masa kanak-kanakawal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Pasien minum ASI sejak lahir.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini normal. Pasien berkembang menjadi anak seperti seumurannya. Pasien merupakan anak yang periang dan memiliki banyak teman.
4. Riwayat masa remaja
Pasien saat remaja berkembang menjadi remaja perempuan yang ceria. Pasien memiliki beberapa teman dekat disekolah dan lebih sering berada di rumah sehari-harinya.
5. Riwayat dewasa muda
Pasien menikah pada usia dewasa muda dan langsung memiliki anak. Pasien merasa bahagia dengan kondisi barunya saat itu dan menikmati waktunya menjadi seorang istri dan ibu.
6. Riwayat pendidikan
Prestasi pasien saat bersekolah SD, SMP, SMA dan perkuliahantidak terlalu menonjol. Pasien mampu menyelesaikan pendidikan sarjananya dan mendapat gelar Sarjana Ekonomi (SE)
7. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai PNS di salah satu instansi pemerintahan kabupaten. Pasien mengaku malas bekerja dalam beberapa bulan terakhir.
8. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Pasien menikah tidak lama setelah dirinya lulus dari SMA dengan laki-laki yang dicintainya. Pasien mengaku langsung hamil setelah menikah dan dikarunia seorang anak perempuan. Anak kedua, juga berjenis kelamin perempuan.
9. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam danmengaku cukup rajin beribadah.
10. Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah menikah dan memiliki empat orang anak.
11. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat dalam masalah hukum.
12. Aktivitas sosial
Pasien saat ini sudah tidak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tetangga. Pasien hanya berada didalam rumah. Sebelumnya pasien memiliki interaksi sosial yang baik dengan tetangga di lingkungan tempat tinggalnya.
E. Riwayat Keluarga
Di keluargapasientidak terdapat  keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Hubungan pasien dengan keluarga inti seperti suami, anak dan keluarga besarnya kurang harmonis
Genogram








Keterangan :
 Pasien

 Laki- laki

 Perempuan

 Keluarga yang tinggal serumah dengan pasien

 Menikah

 Berpisah
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien sekarangtinggal dengan suami dan kedua anaknya. Lingkungan tempat tinggal terkesan cukup baik. Pasien tinggal di daerah yang cukup padat penduduk dan berdekatan dengan tetangga. Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga dikenal cukup baik. Saat ini pasien tidak lagi membantu suaminya dalam bekerja serta aktivitas lainnya di rumah sehari-hari saat ini sudah berkurang seperti menyapu, mengepel dan memasak.
Dalam biaya pengobatan pasien sebagai pasien umum dan sedang dalam proses menggunakan kartu BPJS. Keadaan ekonomi keluarga saat ini sedang mengalami penurunan karena pekerjaan suami sedang bermasalah. Hubungan pasien dengan keluarga besan dan kandung kurang harmonisbegitu juga dengan suami. Pasien tinggal dirumah bersama anak kedua ketika semua anggota keluarga lainnya beraktivitas di luar rumah.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya
Pasien mengakui bahwa dirinya saat ini sedang mengalami masalah berat dan berbagai tekanan dari luar yang berdampak terhadap kondisi perasaan atau emosi yang labil serta tidak dapat dikontrol.Pasien mulai menyadari adanya gangguan atau masalah kejiwaan padanya saat ini.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 27Agustus 2015, hasil pemeriksaan ini menggambarkan situasi keadaan pasien saat dilakukan pemeriksaan home visite.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan berusia 32tahun, paras wajah sesuai usia dengan postur tubuh yang atletikus, kesan gizi pasien cukup. Pasien mengenakan jilbab. Pasien menggunakan baju terusan batik berwarna merah motif batik. Kebersihan cukup baik. Wajah pasien tampak murung.
2. Kesadaran
Compos mentis, secara kualitas berubah.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
• Kuantitas:pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan cukup jelas.
• Kualitas: pasien dapat menjawab pertanyaan jika ditanyadan menjawab pertanyaan dengan spontan, namun kadang pasien juga membutuhkan waktu beberapa menit untuk mejawab pertanyaan pemeriksa dengan alasan berusaha mengingat terlebih dulu. Pasien sering bercerita dengan spontan mengenai keadaan dirinya saat ini. Intonasi berbicara pasien cukup jelas dengan nada suara yang rendah. Pembicaraan dapat dimengerti.
• Tidak ada hendaya berbahasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata adekuat. Pasien selalu menjawab pertanyaan dengan melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Disforik, Depresif, Menarik diri
2. Afek :Serasi
C. Gangguan Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi pada pasien.
D. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : realistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas:pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan.
b. Kontinuitas: koheren, mampumemberikanjawabansesuaipertanyaan.
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran : cenderung miskin ide; waham kongruen mood (merasa tidak berharga, tidak berguna, dikucilkan)
E. Fungsi Intelektual / Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
• Taraf pendidikan
Pasien lulusanSarjana Ekonomi
• Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat ibukota Negara Indonesia dan Presiden Indonesia, menjawab 5 pertanyaan tentang ibukota negara di dunia (Jepang, Turki, Rusia, Qatar, Mesir).
2. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien baik, pasien dapat menghitung dengan benar angka-angka yang diberikan pemeriksa seperti 45 x 7 dan 56 x 5.
3. Orientasi
• Waktu :Baik, pasien mengetahui waktu wawancara dilakukan yaitu sore hari.
• Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada dirumahnya, dan menjalani pengobatan di RSKJ Bengkulu
• Orang : Baik, pasien mengetahui nama suami dan anak-anaknya serta saudara dan orangtuanya. Selain itu pasien juga mengetahui dirinya diwawancarai oleh siapa.
• Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan  wawancara.
4. Daya Ingat
• Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimanapasien dulu menempuh pendidikan sekolah dasar.
• Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat kapan pasien menikah.
• Daya ingat jangka pendek
Kurang baik, pasien tidak dapat mengingatsecara cepat dan tepat apa aktivitas yang dilakukannya kemarin malam, pasien membutuhkan waktu beberapa menit hingga dapat menjawab pertanyaan pemeriksa.
• Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
• Akibat hendaya daya ingat pasien
Kemampuan daya ingat jangka pendek mengalami gangguan meskipun daya ingat lainnya tampak tidak ada gangguan.
6. Kemampuan baca tulis: baik
7. Kemampuan visuospasial: baik
8. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan persamaan jeruk dan apel.
9. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat melakukan perawatan diri sehari - hari secara mandiri seperti mandi, makan dan minum.
F. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai realitas pasien juga baik.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara pasien emosi dengan baik dan tampak selama pemeriksaan dilakukan pasien menceritakan kondisinya dengan tenang.
H. Tilikan
Tilikan derajat 6, karena pasien menyadari bahwa dirinya sedang mengalami tekanan/stress, pasien memahami kondisi keluarga saat ini sedang bermasalah, pasien menyadari bahwa ide-ide menelantarkan anak bungsunya dan bunuh diri bukan merupakan suatu solusi dari beratnya masalah yang dihadapinya.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata dengan jujur mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga dengan keterangan dari anak pertamanya yang menceritakan kejadian yang serupa.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
• KU : Tampak Sehat
• Sensorium : Compos mentis, secara kualitas berubah
Vital Sign
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 86 x/menit
• RR : 22 x/menit
• Suhu : 36,8oC
b. Status Internus
Kepala Normosefali, deformitas tidak ada.
Mata Edema palpebra tidak ada,sklera ikterik -/-, konjungtiva palpebra anemis -/-
Hidung Simetris, deformitas (-), deviasi (-), tidak ada sekret.
Telinga Simetris,bentuk dalam batas normal, menggantung, deformitas
(-),sekret (-), nyeri tekan tragus  mastoid tidak ada
Mulut Bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa lidah merah
Leher Dalam batas normal, tiroid tidak membesar
Thorax Tidak terdapat skar, spider naevi (-), simetris kiri dan kanan
Paru I: Pernapasan statis-dinamis kiri = kanan.
P: Stemfremitus simetris kiri dan kanan
P: Sonor disemua lapang paru
A: Suara nafas vesikuler normal (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung I: Iktus kordis tidak  terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Tidak dilakukan
A: Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen I: Datar, tampak benjolan (-)
A: Bising usus (+)
P: Timpani (+) di seluruh regio abdomen
P: Nyeri tekan (-)
Ektremitas Superior, inferior, dekstra, sinistra dalam batas normal

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
Pada pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang, sehingga disarankan untuk
melakukan pemeriksaan darah rutin dan urin lengkap.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS
1. Perempuan berusia 37tahun, sudah menikah dan memiliki dua orang anak.
2. Penampilan rapi dengan baju terusan yang rapi dan bersih serta muka tampak terawat.
3. Riwayat stressor : usaha yang dimiliki mengalami masalah yang menyebabkan kondisi keuangan rumah tangga mengakami penurunan. Anak kedua pasien mengalami retardasi mental sehingga suami, pihak keluarga besan dan keluarga kandung pun menyalahkan keadaan anak tersebut sebagai kesalahan mutlak pasien.
4. Pasien kooperatif, kontak mata adekuat, pembicaraan pasien koheren.Mood pasien depresif dengan kesan menarik diri, afek pasien terbatas, serasi.
5. Kecenderungan miskin ide dan mengarah ke waham kongruen mood.
6. Pasien mengaku sempat ada periode dimana perasaan penuh semangat muncul, bersikap acuh tak acuh pada masalah yang selama ini mendera keluarga, terkesan hiperaktif.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• Aksis I
F.32.3 Episode Depresif Berat tanpa gejala psikotik
F.31.4 Gangguan Afektif Bipolar; Episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
• Aksis II
Tidak ada diagnosis
• Aksis III
Tidak ada diagnosis
• Aksis IV
Masalah perekonomian dan keluarga (usaha, masalah dengan suami, keluarga besan dan keluarga kandung)
• Aksis V
GAF scale50-41 dalam kurun waktu 2 minggu terakhir

VII. PROGNOSIS
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam. Sehinggakesimpulan prognosis pada pasienberdasarkanwawancaradiatas
sebagaiberikut :
• Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
• Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
• Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam

VIII. Terapi
• Farmakoterapi
 Sertraline 1 x 50 mg p.o (pagi hari)
• Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif, dan terapi kognitif-perilaku.
 Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien terhadap stres.
 Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakitnya serta mengembangkan kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu juga meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
 Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan struktur luas kepribadian.
 Edukasi
- Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stresor.
- Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain itu kembali menyibukan diri seperti aktivitas dulu, kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan, jangan menyimpan emosi, bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.
 Rencana; direncanakan kontrol ulang pasien dengan saran membawa suami pasien dalam proses wawancara.

PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan pada pasien Ny. AD ditemukan adanya gejala-gejala seperti gangguan mood terdepresi (sedih) disertai dengan kehilangan minat selama sekitar 6 bulan terakhir. Selain itu juga terdapat gangguan tidur, merasa tidak bertenaga atau letih, menurunnya kemampuan untuk berpikir dan mengingat serta berkonsentrasi dan juga pasien mengaku memiliki gagasan untuk bunuh diri. Semua gejala yang ditemukan tersebut menyebabkan pasien saat ini memiliki gangguan dalam fungsi sosial. Sehingga dari semua hasil pemeriksaan tersebut pada pasien dapat ditegakkan diagnosis gangguan atau episode depresif berat tanpa gejala psikotik berdasarkan kriteria DSM-IV-TR.2
Diagnosis banding seperti gangguan afektif bipolar episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik tetap dipertimbangkan. Dari anamnesis yang didapat (autoanamnesis dan heteroanamnesis), pasien memiliki gejala lain pada waktu tertentu dimana pasien mengaku mengalami suatu periode penuh semangat, perasaan cenderung ceria dan giat dalam bekerja maupun aktivitas. Pasien mengaku hampir setiap pekerjaan yang dikerjakannya berujung dengan ketidak tuntasan. Pasien mengakui bahwa keadaan tersebut terjadi tanpa sebab. Dari komponen anamnesis tersebut, maka bisa ditetapkan bahwa pasien pernah mengalami keadaan manik, dan kemudian menjadi dasar dalam menetapkan diagnosis banding pada kasus ini.
Pada pasien ini diberikan terapi berupa Sertraline merupakan merupakan golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors). Sertraline memiliki mekanisme kerja mempengaruhi kimiawi pada otak yang mungkin menjadi tidak seimbangsehingga dapat menyebabkan gejala depresi, panik, cemas atau obsesif-kompulsif. Sertraline digunakan untuk menmgobati gangguan depresif mayor, bulimia nervosa, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panic dan gangguan disforik premenstruasi. Sertraline ini biasa digunakan bersamaan dengan obat lain seperti olanzapine yang merupakan antipsikotik atipikal. Kombinasi ini biasa digunakan untuk depresi akibat gangguan bipolar (depresi manik) atau depresi yang telah diberi dua obat lainnya namun tidak berhasil mengatasi gejala.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Concise Textbook of Clinical Psychiatry. 3rd Edition. 2008. USA Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, Wolters Kluwer Business.P 200-18.
2. Ismail RI, Siste K. Gangguan Depresi. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. 2010. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. p 209-22.
3. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Kedua. 2009. Surabaya: Airlangga University Press.
4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. 2007. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Unika Atmajaya.
5. Setiabudy, Rianto. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. 2007. Jakarta: Gaya Baru.

anggi ali

Posts : 3
Reputation : 0
Join date : 15.09.15

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik